Terapi Bermain

Askep Kurang Energi Protein

Kepemimpinan Dalam Keperawatan


KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


Pendahuluan
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus  pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu  atau yang benar - benar ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan / pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1.      Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan , antara lain :
a.       Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya  ( Ordway Tead ).
b.      Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill ).
c.       Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau   dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
d.      Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok  orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan   akan     muncul apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya. 
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi, yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.

2.      Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a.       Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar ( the great men theory ) atau teori bakat ( Trait theory ) ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat - bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b.      Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi  ( situasional theory ). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan   keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
      c.   Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan   banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari - hari sering  ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat - bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

3.      Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen  ( pattern of management ), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam,  yaitu :
a.       Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator  ( dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b.      Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c.       Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d.      Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez - faire leadership style ) ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing - masing pula.
4.      Pemimpin yang efektif
Seorang    pemimpin    yang   efektif   adalah    seorang    pemimpin   yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang  memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a.       Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1)      Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih  pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2)      Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
3)      Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4)      Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5)      Mengambil tindakan
b.      Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c.       Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1)      Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia      ( hubungan antar manusia ).
2)      Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3)      Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
4)      Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d.      Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1)      Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2)      Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3)      Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

5.      Kepemimpinan dan kekuasaan
Menurut Gardner yang dikutip oleh Russel ( 2000 ) mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu kapasitas uuntuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.

Dasar - dasar kekuasaan
Franch dan Raven mengemukakan lima dasar kekuasaan interpersonal, yaitu :
a.       Kekuasaan legitimasi
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam organisasi mempunyai kekuasaan pada orang - orang yang di bawahnya.
b.      Kekuasaan penghargaan
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji, pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.

c.       Kekuasaan paksaan
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan dengan hukuman. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
d.      Kekuasaan kharisma
Seseorang pemimpin yamg kharismatik dapat mempengaruhi orang karena benar - benar dari pribadi dan tingkah laku dari pimpinan tersebut.
e.       Kekuasaan ahli
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus mempunyai nilai yang lebih tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada urutan tingkatan.

     Kelima dari tipe kekuasaan interpersonal di atas adalah saling ketergantungan karena tipe - tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan berbagai cara dan masing - masing dapat mempengaruhi yang lainnya.

6.      Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager )
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b.      Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager )
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager , yakni pimpinan puncak (  di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama  manusia lain.
c.       Pimpinan puncak ( Top Manager )
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
     
      Hubungan antar manusia ada dua jenis :
a.       Human Relations
Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim kerja.
b.      Public Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.

      Tugas - tugas pimpinan :
a.       Sebagai pengambil keputusan
b.      Sebagai pemikul tanggung jawab
c.       Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d.      Bekerja dengan atau melalui orang lain
e.       Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.

Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a.       Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja di luar kelompok.
b.      Sebagai inovator atau pembaharu
c.       Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara.
d.      Menghimpun kekuatan
e.       Merangsang perdebatan masyarakat
f.       Membuat kedudukan perawat di media massa
g.       Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat
h.      Mempertahankan kegiatan
i.        Memelihara formaf desentralisasi organisasi
j.        Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
k.      Mempelajari pengalaman
l.        Jangan menyerah tanpa mencoba.

7.      Manajemen konflik
Konflik, menurut Deutsch ( 1969 ) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang terancam. Penyebab konflik, Edmund ( 1979 ) menyebutkan sembilan faktor umum yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a.       Spesialisasi
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat terjadinya konflik antar kelompok.

b.      Peran yang bertugas banyak
Peran keperawatan membutuhkan seseorang untuk dapat menjadi seorang manajer, seorang pemberi asuhan yang trampil, seorang ahli dalam hubungan antar manusia, seorang negosiator, penasihat , dan sebagainya. Setiap sub peran dengan tugas - tugasnya memerlukan orientasi yang berbeda - beda yang dapat menyebabkan konflik.
c.       Interdependensi peran
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area - area tertentu.
d.      Kekaburan tugas
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau kelompok.
e.       Perbedaan
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan kognitif orang - orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
f.       Kekurangan sumber daya
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g.       Perubahan
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan meningkat secara proporsional.
h.      Konflik tentang imbalan
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda - beda, maka sering timbul konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i.        Masalah komunikasi
Sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan konfllik.

      Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
a.       Disiplin
Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik, perawat pengelola harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b.      Mempertahankan tahap kehidupan
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1)      Tahap dewasa muda
2)      Tahap dewasa menengah
3)      Tahap manusia diatas 55 tahun
c.       Komunikasi
Komunikasi merupakan seni yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d.      Asertif training
Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training asertif dapat meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.

      Teknik manajemen konflik :
a.       Menetapkan tujuan
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b.      Memilih strategi
1)      Menghindar
Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2)      Akomodasi
Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3)      Kompromi
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4)      Kompetisi
Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5)      Kerja sama
Apabila pihak - pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara memuaskan.




















P e n u t u p



               Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan.
               Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan di masa yang akan datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.



























Daftar  pustaka



1.      Azrul Anwar ( 1996 ), Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa Aksara,   Jakarta.

2.      ---------------- ( 1996 ),  Kepemimpinan    keperawatan     dalam    gerakan      inovasi  keperawatan  ( makalah  disampaikan  pada  seminar    keperawatan   di   PAM Keperawatan Soetopo, Surabaya ).

3.      Djoko Wiyono ( 1997 ), Manajemen    kepemimpinan    dan    organisasi   kesehatan,   Airlangga University Press, Surabaya.

4.      La Monika Elaine L ( 1998 ), Kepemimpinan   dan  manajemen  keperawatan,   EGC,  Jakarta.

5.      Prayitno  Subur ( 1997 ), Dasar  -   dasar     administrasi     kesehatan     masyarakat,  Airlangga, University  Press, Surabaya.

6.      Swanburg Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen  keperawatan,  EGC, Jakarta.

7.      Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional, Salemba Medika, Jakarta

Manajemen Konflik Dalam Keperawatan

BERUBAH DAN MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM KEPERAWATAN

Askep Hipertiroid

Askep Hipotiroid

Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

Askep Gagal Jantung

6 Minuman Untuk Kesehatan Jantung

Askep Anak Megacolon Aganglionik Hisprung

Askep Anak Dengan Kejang Demam

Sindromma Nefrotik

Askep TBC


LAPORAN PENDAHULUAN

I.              Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).

II.           Etiologi

Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Dovinus).

III.        Faktor Resiko

*          Rasial / etnik group : penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
*          Klien dengan ketergantungan alkohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
*          Bayi dan anak dibawah 5 tahun.
*          Klien dengan penurunan imunitas : HIV positif, terapi steroid dan kemoterapi kanker.

IV.        Gejala Klinis

a.       Gejala umum
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
b.       Gejala lain yang sering dijumpai
-          Dahak bercampur darah (darah mukoid sampai mukopurulen).
-          Batuk darar (Hemoptoe).
-          Sesak nafas dan rasa nyeri dada.
-          Badan lemah, nafsu makan menurun (anorexia), BB menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TB. Kadang dijumpai pula yang menyerupai tyfus abdominaslis atau malaria yang disertai atau tanpa Heparos pulmomegali.




V.           PATHWAY














VI.        Komplikasi

1.       Hemoptisis berat.
Pendarahan dari saluran nafas bawah yang dapat menyebabkan hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2.       Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3.       Bronchiectasis bonfibrosis paru.
4.       Pneumothoraxs.
5.       Kolaps sebentar karena kerusakan paru.
6.       Penyebaran infeksi.
Meliputi : otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

VII.     Penatalaksanaan dan Terapi

1.       Regimen dasar pengobatan Tuberkulosis adalah :
*    Refampisin.
1 x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong. selama 6-9 bulan.
*    INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24 bulan.
*    Streptomisin (IM).
-          Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan.
-          2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
*    Etambutol.
1 x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong selama 1 tahun
*    Kortikosteroid.
-          Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan
-          2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
2.       Diit TKTP.
3.       Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
4.       Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut keluarga dan kontak dengan px pada Meningitis, TB, perikarditis, TB milier dan efusi pleura diberikan kortikosteroid, yaitu prednison, 1-2 mg / kg BB / selama 2 minggu, diturunkan perlahan (topering off) sampai 2-6 minggu.















PROSES KEPERAWATAN


I.        Pengkajian

A.     Pengumpulan Data
1.       Identitas
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, No. Reg, serta identitas yang bertanggung jawab.
2.       Keluhan Utama
Biasanya pasien TB paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.
3.       Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang.
Pada umumnya pasien TBC vering mengalami panas lebih dari 2 minggu, sering terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada malam hari dan hemaptoe
b.       Riwayat kesehatan lalu.
Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti : Diare kronik, investasi cacing, malaria kronik, campak dan infeksi HIV
c.       Riwayat psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi :
-          Perumahan yang padat
-          Lingkungan yang kumuh dan kotor
-          Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan
4.       Pola Fungsi Kesehatan
a.       Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Meliputi : kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan, penggunaan alkohol, tembakau dan kebiasaan olah raga.
b.       Pola nutri dan metabolisme
Meliputi : nafsu makan menurun, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat badan 6 bulan terakhir, kesukaran menelan.
c.       Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine / defekasi, konsistensi sebelum MRS atau saat MRS.

d.       Pola istirahat dan tidur
Meliputi : lama tidur pasien sebelum MRS dan MRS, gangguan waktu tidur.
e.       Pola aktifitas dan latihan
Meliputi :  kegiatan pasien dirumah dan di RS, serta lamanya aktivitas.
f.        Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
g.       Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual px, pemeriksaan payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah sexsual yang berhubungan dengan penyakit.
h.       Pola sensori dan kognitif
Meliputi : Daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan kognitif pasien baik atau buruk.
i.         Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan masyarakat.
j.         Pola penanggulangan stres
Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap stres, pertahanan diri terhadap pemecahan masalah.
k.       Pola tata nilai dan kepercayaan
Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.
5.       Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.
b.       Kepala dan leher
Bentuk, kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan rambut.
- Mata
:
Sklera, konjungtiva dan kornea.
- Hidung
:
Bentuk, daya penciuman
- Mulut
:
Bentuk, mukosa bibir dan adanya perdarahan
- Telinga
:
Daya pendengaran, kebersihan.
- Leher
:
Pembesaran kelenjar tyroid adanya pembengkakan atau tidak.

c.       Thorax
Bentuk Thorax pasien TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)
d.       Paru
- Inspeksi
:
Bentuk paru / asimetris, pencembungan, penarikan
- Palpasi
:
Pergerakan (simetris, tertinggal, depan, belakang), fremitus raba.
- Perkusi
:
Suara ketok (sonor, redup, hypersonor)
- Auskultasi
:
Suara nafas (vesikuler, bronkivesikuler, broncial) suara tambahan (ronki, wheezing, suara bisik)
e.       Jantung : didapatkan suara 1 dan suara 2 tunggal
f.        Abdomen : biasanya pasien TB terdapat pembesaran limpha dan hati
g.       Inguinal-Genetalia-Anus : ada kemerahan atau tidak, ada leat atau tidak
h.       Tulang belakang : ada kelainan atau tidak, ada edema atau tidak.
i.         Kulit : tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, turgor kulit, warna kulit
j.         Ekstrimititas : Akral hangat atau dingin, ada edema dikaki atau tidak.
6.       Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan
-          LED meningkat.
-          Leukosit meningkat.
-          Hb menurun.
b.       X-foto
Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal hiler dalam atau tanpa milier atau bercak kalsifikasi.
c.       Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % px TB yang dapat diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi-sewaktu (SPS).
d.       Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulis
-          Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.
a).     Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.
b).    Indurasi 5 mm – 9 mm : reaksi meragukan.
c).     Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.
-          Tes Tuberkulin dapat negatif pada px HIV / AIDS, malnutrisi berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis.
B.      Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan dibagi menjadi dua dara yaitu data subyektif dan data obyektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang muncul.

II.     Diagnosa Keperawatan

1.       Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan hipersekresi sekresi.
2.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran olveolar-kapiler.
3.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit.
4.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adekuatnya pertahanan primer, penurunan gerakan silia, statis dan sekresi.
5.       Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang atau tidak adekuat.

III.  Intervensi

Dx 1 : Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan hipersekresi sekresi ditandai dengan sekresi yang kental atau darah.
Tujuan : kebersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil :
-          Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
-          Mendemonstrasikan batuk efektif.
-          Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1.       Jelaskan pada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernafasan.
Rasional: Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan kx terhadap rencana teraupetik.
2.       Ajarkan pada klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Rasional: Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3.       Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
      Rasional: Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4.       Lakukan pernafasan diafraqma.
Rasional: Pernafasan diafraqma menurunkan frekuensi nafas dan meningkatkan ventilasi alveolan.
5.       Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan batukan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
Rasional: Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekret.
6.       Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
Rasional: Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan.
7.       Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan sekresi : hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 samapi 1500 cc / hari bila tidak kontraindikasi.
Rasional: Sekresi kental sulit untuk encerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang mengarah pada atelektasis.
8.       Lakukan fisio dada claping / vibrating.
Rasional:  Dengan gaya gravitasi sekret akan keluar ke alveol besar dan memudahkan pengeluaran sekret.
9.       Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter, radiologi.
-          Pemberian expectoran.
-          Pemberian antibiotika.
-          Konsul photo toraks.
Rasional:  Expxtorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

IV.  Implementasi

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Lismidar, 1990).
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan melihat situsi dan kondisi klien.

V.     Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan px dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan px dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).
































DAFTAR PUSTAKA


-    M Amin , 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
-    Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC.
-    Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
-    Dongoes. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
-    Makalah Kuliah, Tidak diterbitkan.
-    Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aesculapius.


Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Perawat Hati

Template by : Urangkurai / powered by :blogger