Askep Anak Hidrocepalus


ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROCEPALUS


  1. KONSEP MEDIS

1.      PENGERTIAN

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.


2.      TANDA DAN GEJALA

       Pembesaran kepala.
       Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema papil.
       Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
       Gangguan keasadaran, kejang.
       Gangguan sensorik.
       Penurunan dan hilangnya kemampuan akTivitas.
       Perubahan pupil dilatasi.
       Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
       Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/ hipotermi).
       Penurunan kemampuan berpikir.

3.      PATOFISIOLOGI


Produksi CSS normal adalah 125 cc/hari, produksi CSS terutama tergantung pada transporalselsan, terutama natrium melintasi membran epitel khusus dari pleksus koroideus ke dalam rongga ventrikel. Air secara pasif mengikuti untuk memudahkan keseimbangan osmotik. Hasilnya adalah masuknya cairan ke dalam ventrikel otak. Cairan berselulasi lewat akuaduktus silvi dan ventrikel keempat, masuk ke dalam ruang subarakhnoid melalui foramena lusheka dan megendie. Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi vena dari ruang subarakhnoid yang meliputi otak, sejumlah tertentu medula spinalis dan lapisan ependim yang melapisi ventrikel.



4.      ETIOLOGI
Proses terjadinya hidrosefalus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.Kelainan kongenital.
a.  Stenosis akuaduktus sylvii.
b. Anomali pembuluh darah.
c.  Spino bifida dan kranium bifidi.
d. Sindrom Dandy-walker.
2.Infeksi.
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis.
Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus yaitu:
a.  TORCH.
b. Kista-kista parasit.
c.  Lues kongenital.
3.Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang mengganggu aliran CSS.
4.Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
a.  Tumor ventrikel III.
b. Tumor fossa posterior.
c.  Pailloma pleksus khoroideus.
d. Leukemia, limfoma.
5.Degeneratif.
Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6.Gangguan vaskuler.
a.  Dilatasi sinus dural.
b. Trombosis sinus venosus.
c.  Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris.
e.  Arterio venosus malformasi.





5.      PATHWAY






6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Nelhaus (1987) hidrosefalus sering mempunyai gejala-gejala dan tanda-tanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai dewasa, dengan demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang diduga menderita hidrosefalus, mulai dari pengambilan amnanesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiologis.
a. Aloamnanesis/ amnanesis.
Amnanesis perlu dilakukan untuk menentukan hidrosefalus kongenital atau akuisita. Bayi yang lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran anak yang keberapa adalah penting sebagai faktor resiko. Adanya riwayat cedera kepala sehingga menimbulkan hematom, subdural atau perdarahan subarakhnoid yang dapat mengakibatkan terjadinya hidrosefalus.
Demikian juga riwayat peradangan otak sebelumnya. Riwayat keluarga perlu dilacak, riwayat gangguan perkembangan, aktivitas, perkembangan mental, kecerdasan serta riwayat nyeri kepala, muntah-muntah, gangguan visus dan adanya bangkitan kejang.
b. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
c. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal dapat sebagai petunjuk penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat terdapat pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf pusat, atau perdarahan susunan saraf pusat atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar glukosa dalam cairan serebrospinal terdapat pada invasi meninggal oleh tumor, seperti leukemia, medula blastama dan dengan pemeriksaan sitologis cairan serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel tumor. Meningkatnya kadar hidroksi doleaseti kasid pada cairan serebrospinal didapat pada obstruksi hidrosefalus. Pemeriksaan serologis darah dalam upaya menemukan adanya infeksi yang disebabkan oleh TORCH.
Penelitian sitologi kualitatif pada cairan serebrospinal neonatus dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat gangguan psikomotor.
d. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela, serta pelebaran sutura. Kemungkinan ditemukannya pula keadaan-keadaan lain seperti adanya kalsifikasi periventrikuler sebagai tanda adanya infeksi cytomegalo inclusion dioase, kalsifikasi bilateral menunjukkan adanya infeksi tokso plasmosis. Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memberikan gambaran adanya pelebaran sistem ventrikel yang lebih jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam kandungan.
Pemeriksaan CT-Scanning menunjukkan adanya pelebaran ventrikel. Disamping itu juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan serebrospinal yaitu dengan menyuntikkan kontras radio opak ke dalam sisterna magna kemudian perjalan kontras diikuti dengan CT-Scan sehingga akan jelas adanya obstruksi terhdap cairan serebrospinal.
Pemeriksaan pneumoensefalografi, berguna untuk memantau dilatasi ventrikel dan ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120 menunjukkan hidrosefalus komunikan, bila lebih dari 120 mungkin hidrosefalus obstruksi.

7.      MANAJEMEN TERAPI

Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus khoroideus dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi.
Akan tetapi hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh disini antara lain:
       Diamox Cazetasolamoid.
       Isosorbid.
       Cairan osmotik (manitol, urea).
       Kartikosteroid dan diuretik.
       Fenobarbital.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan tempat absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid.
3. Pengeluaran CSS ke dalam rongga ekstra kranial dengan operasi pemasangan shunt. Operasi pemasangan shunt dilakukan sedini mungkin, tetapi biasanya dipasang pada usia 3-4 bulan, sedangkan revisi pada usia 18-24 bulan, 1-6 tahun, 10-12 tahun.

Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.











  1. KONSEP KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

Pengkajian preoperasi: Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
Adanya riwayat meningitis, infeksi intrakranial/ hemoragie, anoxia prenatal atau infeksi intrauterine. Pada bayi dan anak pembesaran lingkar kepala yang progresif, ubun-ubun yang menonjol dan tegang serta tidak berdenyut, vena-vena kulit kepala melebar, sunset sign, gelisah dan cengeng, sering mual, muntah dan nafsu makan menurun, bila diperkusi didapat bunyi seperti pot kembang pecah. Pada anak yang lebih besar gejala utama yang menonjol adalah peningkatan TIK, muntah dan mengeluh sakit kepala, iritabel, pupil edema kejang baik vokal maupun umum, perubahan pupil, perubahan pola makan, perubahan tanda vital (tekanan darah, sistol naik, nadi turun, nafas tidak teratur).


2.      ANALISA DATA
NO
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
1.
Kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus. perubahan tanda vital (tekanan darah, sistol naik, nadi turun, nafas tidak teratur).

Perfusi jaringan tidak efektif: Serebral
Kerusakan transport oksigen, penurunan konsentarsi Hb dalam darah.

2.
Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, mengeluh sakit kepala, iritabel, pupil edema kejang baik vokal maupun umum
Risiko cidera
Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.

3.
Dilakukan pemasangan shunting, ada luka operasi, leukosit meningkat,
Risiko infeksi
Faktor risiko Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon inflamasi).

4.
Pengalaman pertama dirawat, belum tau tentang penyakit, program pengobatan, tindakan perawatan, sering bertanya
Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan
Kurangnya informasi


3.      DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Perfusi jaringan tidak efektif: Serebral b.d. Kerusakan transport oksigen, penurunan konsentarsi Hb dalam darah.
2.      Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon inflamasi).
3.      Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.
4.      Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya informasi



4. RENCANA AKEPERAWATAN

No.
Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
1.



















Perfusi jaringan tidak efektif: Serebral b.d. Kerusakan transport oksigen, penurunan konsentarsi Hb dalam darah.

Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik :
Renal
-    Perubahan tekanan darah di luar batas parameter
-    Hematuria
-    Oliguri/anuria
-    Elevasi/penurunan BUN/rasio kreatinin
Gastro Intestinal 
-    Secara usus hipoaktif atau tidak ada
-    Nausea
-    Distensi abdomen
-    Nyeri abdomen atau tidak terasa lunak (tenderness)

Peripheral 
-  Edema
-  Tanda Homan positif
-  Perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, air/kelembaban)
-  Denyut nadi lemah atau tidak ada
-  Diskolorisasi kulit
-  Perubahan suhu kulit
-  Perubahan sensasi
-  Kebiru-biruan
-  Perubahan tekanan darah di ekstremitas
-  Bruit
-  Terlambat sembuh
-  Pulsasi arterial berkurang
-  Warna kulit pucat pada elevasi, warna tidak kembali pada penurunan kaki
Cerebral
-    Abnormalitas bicara
-    Kelemahan ekstremitas atau paralis
-    Perubahan status mental
-    Perubahan pada respon motorik
-    Perubahan reaksi pupil
-    Kesulitan untuk menelan
-    Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar 
-   Perubahan frekuensi respirasi di luar batas parameter
-   Penggunaan otot pernafasan tambahan
-   Balikkan kapiler > 3 detik (Capillary refill)
-   Abnormal gas darah arteri
-   Perasaan ”Impending Doom” (Takdir terancam)
-   Bronkospasme
-   Dyspnea
-   Aritmia
-   Hidung kemerahan
-   Retraksi dada
-   Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :
-   Hipovolemia
-   Hipervolemia
-   Aliran arteri terputus
-   Exchange problems
-   Aliran vena terputus
-   Hipoventilasi
-   Reduksi mekanik pada vena dan atau aliran darah arteri
-   Kerusakan transport oksigen melalui alveolar dan atau membran kapiler
-    Tidak sebanding antara ventilasi dengan aliran darah
-    Keracunan enzim
-    Perubahan afinitas/ikatan O2 dengan Hb
-    Penurunan konsentrasi Hb dalam darah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ......... X 24 jan klien menunjukan :
Perfusi jaringan: Serebral adekuat dengan kriteria:


No
Indikator
1
2
3
4
5
1
Temperatur
1
2
3
4
5
2
Denyut nadi apikal
1
2
3
4
5
3
Denyut nadi radial
1
2
3
4
5
4
Frekuensi pernafasan
1
2
3
4
5
5
Tekanan darah sistolik
1
2
3
4
5
6
Tekanan darah diastolik
1
2
3
4
5
7
Kulit hangat dan kering
1
2
3
4
5
8
Out put urin adekuat
1
2
3
4
5
1.    Intervensi dianjurkan:
a. Promosi perfusi jaringan serebral.
1)       Monitor status pernafasan.
2)       Hitung dan monitor tekanan intra kranial.
3)       Monitor status neurogikal.
4)       Monitor intake output.
5)       Monitor lab adanya perubahan pengiriman oksigen.
b. Monitoring tekanan intra kranial.
1)       Monitor WBC dan suhu tubuh.
2)       Administrasi antibiotik.
3)                Berikan posisi tidur 30-45o
2.    Intervensi pilihan/tambahan:
a. Administrasi pengobatan.
b. Manajemen nyeri.
c.  Pengaturan suhu tubuh.
d. Administrasi nutrisi total parenteral.


a.
1. pernafasan yang adekuat menunjukan perfusi jaringan perifer adekuat
2. tekanan intra kranial yang meningkat menyebabkan perfusi jaringan tidak erfektiof
3. Status neurologi yang normal menunjukan perfusi jaringan otak baik.
4. intake dan out put yang adekuat membantu adekuati perfusi jaringan otak
5. Perubahan saturasi oksigen darah menunukan suplai dan perfusi jaringan otak tidak baik.l
b.
1. WBC yang meningkat menunjukan adanya infeksi dan perfusi jaringan otak menjadi tidak adekuat.
2. Antibiotik yang tepat mampu mengatasi infeksi lebih efektif dan mempercepat perfusi jaringan otak membaik.
3. Posisi tidur 30 – 45  derajat mengurangi tekanan intrakaranial yang akan berdamapak pada perbaikan perfusi jaringan otak.



2.
Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon inflamasi).

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :
-          Prosedur Infasif
-          Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
-          Trauma
-          Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-          Ruptur membran amnion
-          Agen farmasi (imunosupresan)
-          Malnutrisi
-          Peningkatan paparan lingkungan patogen
-          Imonusupresi
-          Ketidakadekuatan imum buatan
-          Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-          Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ......... x 24 jam klien mampu menunjukan :
Status imun.
Kriteria:


No
Indikator
1
2
3
4
5
1
Tidak didapatkan infeksi berulang
1
2
3
4
5
2
Berat badan sesuai yang diharapkan
1
2
3
4
5
3
Temperatur badan sesuai yang diharapkan
1
2
3
4
5
4
Integritas kulit
1
2
3
4
5
5
Integritas mukosa
1
2
3
4
5
6
Sel darah putih (WBC) absolut pada batas normal
1
2
3
4
5
7
Sel darah putih (WBC) difrensial pada batas normal
1
2
3
4
5
1.    Intervensi dianjurkan:
a. Kontrol infeksi
1)       Bersihkan lingkungan secara rutin.
2)       Anjurkan orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
3)       Pertahankan lingkungan aseptik ketika mengganti NGT.
4)       Berikan intake mutrisi yang adekuat.
5)       Atur pemberian antibiotik.
6)       Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda infeksi.
2.   Intervensi pilihan/tambahan:
a. Terapi latihan: Ambulasi.
b. Manajemen pengobatan.
c. Perawatan selang.
d. Monitoring TTV.






1. lingkungan yang bersih mengurangi bakteri di sekitar.
2. mencuci tangan mampu mengurangi kuman yang ada di tangan.
3.  lingkungan yang aseptik m,eminimalkan penularan kuman
4. Intake nutrisi yang adekuat meningkatkan sistem imun yang mampu mencegah infeksi dari tubuh pasien sendiri
5.  aturan Antibiotik yang tepat mampu menyembuhkan infeksi dengan efektif
6.       dengan keluarga mengetahui tanda-tanda infeksi keluarga mampu membantu dalam deteksi dini infeksi







3.
Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.

Definsi :
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.

Faktor resiko :
Eksternal
-    Mode transpor atau cara perpindahan
-    Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)
-    Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
-    Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)
-    Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
-    Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
-    Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))
Internal
-    Psikolgik (orientasi afektif)
-    Mal nutrisi
-    Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.
-    Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
-    Disfugsi gabungan
-    Disfungsi efektor
-    Hipoksia jaringan
-    Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ....... x 24 jam klien mampu menunjukan :
Kontrol risiko
Kriteria:

No
Indikator
1
2
3
4
5
1
Pengetahuan tentang resiko
1
2
3
4
5
2
Memonitor faktor resiko dari lingkungan
1
2
3
4
5
3
Memonitor faktor resiko dari perilaku personal
1
2
3
4
5
4
Mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif
1
2
3
4
5
5
Mengatur strategi pengontrolan resiko seperti yang dibutuhkan
1
2
3
4
5
6
Berkomitmen dengan srategi kontrol resiko yang direncanakan
1
2
3
4
5
7
Melaksanakan strategi kontrol resiko yang dipilih
1
2
3
4
5
8
Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
1
2
3
4
5
9
Terbebas dari cedera
1
2
3
4
5
Dianjurkan:
a.       Pencegahan jatuh.
1)       Identifikasi defisit fisik atau kognitif.
2)       Identifikasi karakteristik lingkungan.
3)       Monitor balans dan kelemahan ketika ambulasi.
4)       Sediakan alat bantu untuk ambulasi.
5)       Bantu aktivitas ambulasi.
Tambahan:
b.       Kontrol infeksi.
c.        Proteksi infeksi.
d.       Administrasi pengobatan.
e.       Monitoring neurologis.



1.       Defisit kognitif dan fisik memperbesar risiko jatuh dan perlu perawatan lebih ketat.
2.       karakteristik lingkungan yang aman mengurangi risiko cedera
3.       balans dan kelemahan menunjukan kemampuan klien dan kemungkinan cedera
4.       alat bantu yang aman dapat mengurangi risiko cedera
5.       bantuan dalam aktifitas akan meminimalkan risiko cedera.
4.
Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya informasi.

Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….x24 jam klien mampu menunjukan :
Pengetahuan: Proses penyakit
Kriteria:


No
Indikator
1
2
3
4
5
1
Familiar dengan nama penyakit
1
2
3
4
5
2
Mendeskripsikan proses penyakit
1
2
3
4
5
3
Mendeskripsikan faktor penyebab
1
2
3
4
5
4
Mendeskripsikan faktor resiko
1
2
3
4
5
5
Mendeskripsikan efek penyakit
1
2
3
4
5
6
Mendeskripsikan tanda & gejala
1
2
3
4
5
7
Mendeskripsikan perjalanan penyakit
1
2
3
4
5
8
Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas penyakit
1
2
3
4
5
9
Mendeskripsikan komplikasi
1
2
3
4
5
10
Mendeskripsikan tanda & gejala dari komplikasi
1
2
3
4
5
1.   Dianjurkan:
a.       Ajarkan: Proses penyakit
1)       Tentukan tingkat pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan proses penyakit.
2)       Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi dan fisiologi.
3)       Gambarkan tanda dan gejala penyakit.
4)       Sediakan informasi tentang kondisi pasien.
5)       Klarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan.
b.       Ajarkan: Individual.
c.        Ajarkan: Gambaran diet.
d.       Ajarkan: Prosedur/penatalaksanaan.
2.   Tambahan:
a.       Dukungan keluarga.
b.       Reduksi cemas.
c.       Perencanaan pulang.
d.          Terapi bermain.



1.       Tingkat pengetahuan keluarga menentukan intervensi yang kita berikan dalam hal pendidikan.
2.       pengetahuan kleuarga dalam hal penyakit aklan menenangkan keluarga dan mampu berperan aktif dalam perawatan
3.       keluarga mampu mendeteksi dini perkembangan klien dengan mengetahui tanda dan gejala penyakit
4.       informasi yang mudah di dapat membuat keluarga tidak cemasembantu keluarga yang
5.       Klarifikasi informasi terhadap kleuraga meminimalkan kesalahpahaman dan kesalahpengertian dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA


Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI.

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Jakarta, UI.

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,  NANDA
Nelhaus, G. Stumpf, D.A. Moe, P.G.,1987, Neurological and Neuromusculer Disorder, Current Pediatric Diagnosis, Hinth ed.
Price, S.A., 1988, Patofisiologi Konsep Klimik Prose-proses Penyakit, Bag. II Terjemahan Adji Dharma, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smith, C., 1988, Nursing Care Planning Guides for Children, California, Assisten Professor Child California State University Long Beach.
Tucker, S.M., 1988, Patient Care Standars, The Mosby Company, Washinton, USA.

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Perawat Hati

Template by : Urangkurai / powered by :blogger