PLASENTA
PREVIA
A. Pengertian
·
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir
(prae = di depan ; vias = jalan). Jadi
yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. (Obstetri
Patologi;UNPAD)
·
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di
segmen posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks(Helen Varney,jan M.Krebs,carolyn L.Gregor;2006)
Plasenta previa adalah
plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
B. Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2.Mioma uteri.
3.Koretasi yang berulang.
4.Umur lanjut.
5.Bekas seksio sesarea.
6.Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2.Mioma uteri.
3.Koretasi yang berulang.
4.Umur lanjut.
5.Bekas seksio sesarea.
6.Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.
C. Manifestasi klinis
Anamnesis : Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
Pemeriksaan fisik :
a.Pemeriksaan luar, bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, ada kelainan letak janin.
b.Pemeriksaan inspekula : perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
Penentuan letak plasenta secara langsung baru dikerjakan bila fasilitas lain tidak ada dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) caranya sebagai berikut :
a.Perabaan forniks. Hanya bermakna bila janin presentasi kepala, sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul, perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari perabaan lunak bila antara jari dan kepala terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta.
b.Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan masukkan jari telunjuk kedalam kanalis servikalis untuk meraba kotiledon plasenta, jangan sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersinya.
Anamnesis : Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
Pemeriksaan fisik :
a.Pemeriksaan luar, bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, ada kelainan letak janin.
b.Pemeriksaan inspekula : perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
Penentuan letak plasenta secara langsung baru dikerjakan bila fasilitas lain tidak ada dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) caranya sebagai berikut :
a.Perabaan forniks. Hanya bermakna bila janin presentasi kepala, sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul, perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari perabaan lunak bila antara jari dan kepala terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta.
b.Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan masukkan jari telunjuk kedalam kanalis servikalis untuk meraba kotiledon plasenta, jangan sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersinya.
SOLUTIO
PLASENTA
A.
Pengertian
·
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum
waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita
Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).
·
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir. (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. Ilmu
Kebidanan Jakarta. PT Gramedia. 1992 ).
·
Solutio Plasenta adalah suatu
keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya
normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala
III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003)
·
Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. (Obstetri dan Ginekologi, FKU
Padjadjaran Bandung, 1984)
·
Terlepasnya
sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin
dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam,
pada usia kehamilan 20 minggu.
Nama lain dari Solutio Plasenta
adalah:
- Abrupsio Plasenta
- Ablasio Plasenta
- Accidental Haemorarrhge
- Premature Separation Of The
Normally Implanted Placenta
B. Etiologi Solutio Plasenta
Sebab primer Solutio Plasenta
belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat disebabkan karena:
- Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun,
preeklamsia, eklamsia)
- Multiparitas, umur ibu yang tua
- Tali pusat pendek
- Uterus yang tiba-tiba mengecil
(hidramnion, gemelli anak ke-2)
- Tekanan pads vena cava inferior
- Defisiensi gizi, defisiensi
asam folat
- Trauma
Disamping itu ada pengaruh:
- Umur lanjut
- Multi Paritas
- Defisiensi ac. Folicum
- Defisiensi gizi
- Merokok
- Konsumsi alkohol
- Penyalahgunaan kokain
C. Patofisiologi Solutio Plasenta
Perdarahan
dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma
pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma
yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara
uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya
perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina;
atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal
ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya.
Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di
mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah
tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi
ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan
proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih
dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang
biasanya berakibat fatal.
Nasib
janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama
sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu,
sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib
janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat
umumnya komplikasinya
D.
Manifestasi Klinis Solutio Plasenta
- Perdarahan pervaginam disertai
rasa nyeri di perut yang terus menerus, wama darah merah kehitaman.
- Rahim keras seperti papan dan
nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus enbois, wooden uterus).
- Palpasi janin sulit karena
rahim keras
- Fundus uteri makin lama makin
naik
- Auskultasi DJJ sering negatif
- KU pasien lebih buruk dari
jumlah darah yang keluar
- Sering terjadi renjatan
(hipovolemik dan neurogenik)
- Pasien kelihatan pucat, gelisah
dan kesakitan
E. Kriteria
diagnosis
Anamnesis
Perdarahan
timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya
penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor
predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi
paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm,
merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan
mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit, berwarna
kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau
rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan
janin.
Pemeriksaan Status Generalis
Periksa keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
Hati-hati adanya tanda pra renjatan (pra syok) yang tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang keluar pervaginam.
Pemeriksaan Status Obstetri
Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri
tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar
atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin
terhambat.
Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya,
apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak pembukaan serviks,
selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.
Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan
pada janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga
plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang
dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di
daerah serviks dan vagina.
Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan
dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi
36 minggu atau TBJ 2500 gram.
F. Pembagian Solutio Plasenta
Plasenta
yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis. Plasenta yang
terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang
terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus Marginalis.
Solutio Plasenta dibagi menjadi 3:
a.Solutio Plasenta ringan
- tanpa rasa sakit
- pendarahan kurang dari 500cc
warna akan kehitam-hitaman
- plasenta lepas kurang dari 1/5
bagian
- fibrinogen diatas 250mg %
b.Solutio Plasenta sedang
- Bagian janin masih teraba
- Pendarahan antara 500-100cc
- Terjadi fetal distress
- Plasenta lepas kurang dari 1/3
bagian
c.Solutio Plasenta berat
- abdomen nyeri,palpasi janin
sukar
- janin telah meninggal
G.
Komplikasi Solutio
Plasenta
- Pendarahan dan syok
- Hypofibrinogenaemi
- Apoplexi uteroplasentair
(uterus couvelaire)
- Gangguan faal ginjal
H. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin,
waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen
elektrolit plasenta. CBC, C T, BT, Elektrolit(bila perlu).
- Keadaan janin Kardiootokografi, Doppler, Laennec.
- USG Menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan
janin secara keseluruhan.
I.
Penatalaksanaan Solutio
Plasenta
a. Konservatif
- Hanya untuk Solutio plasenta
derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah
meninggal.
- Transfusi darah (1x24 jam) bila
anemia (HB kurang dari 10,0%).
- Apabila ketuban telah pecah,
dipacu dengan Oksitosin 10 IU dalam larutan Saline 500cc, kemudian
ditunggu sampai lahir pervaginan.
- Bila 1 botol tersebut belum
lahir,ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah
ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%),
sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.
b. Pengobatan
1). Umum
- pemberian darah yang cukup
- pemberian O2
- pemberian antibiotik
- pada syok yang berat diberi
kortikosteroid dalam dosis tinggi.
2). Khusus
a). Terhadap hypofibrinogenaemi
- substansi dengan human
fibrinogen 10 g atau darah segar.
- menghentikan fibrinolyse dengan
trasylol ( proteinase inhibitor) 200.000 S i.v. selanjutnya kalau perlu
100.000 S/jam dalam infus.
b). Untuk merangsang diurese :
Mannit, Mannitol diurese yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
Pada Solutio plasenta darah
dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau
pendarahan nampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasentair.pendarahan ini
disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi
Pendarahan juga dapat terjadi keluar
tetapi sebagian masuk kedalam ruang amion, terjadilah pendarahan keluar dan
tersembunyi.
Perbedaan Solutio plasenta
dengan Pendarahan tersembunyi dan pendarahan keluar :
Pendarahan tersembunyi
- Pelepasan biasanya
komplit
- sering disertai toksemia
- hanya merupakan 20% dari
Solutio plasenta
Pendarahan keluar
- Biasanya inkomplit
- jarang disertai toxaemia
- merupakan 80% dari Solutio
plasenta
Perbedaan Solutio
plasenta dengan plasenta previa:
Solutio Plasenta
- Pendarahan dengan nyeri
- pendarahan segera disusul
partus
- pendarahan keluar hanya sedikit
- palpasi sukar
- bunyi jantung anak biasanya
tidak ada
- pada toucher tidak teraba
plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
- ada impresi pada jaringan
plasenta karena hematom
Plasenta Previa
- Pendarahan tanpa nyeri
- pendarahan berulang-ulang
sebelum partus
- pendarahan keluar banyak
- bagian depan tinggi
- biasanya ada bunyi jantung
- teraba jaringan plasenta
- robekan selaput marginal
3). Obstetris
Pimpinan persalinan pada Solutio
plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran
terjadi dalam 6 jam.Alasan ialah:
- bagian yang terlepas meluas
- pendarahan bertambah
- hypofibrinogaenami menjelma dan
bertambah
Tujuan ini dicapai dengan:
a. Pemecahan ketuban
Pemecahan ketuban pada Solutio
plasenta tidak bermaksud untuk menghentikan pendarahan dengan segera tetapi
untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat
persalinan.
b. Pemberian infus pitocin ialah 5s
dalam 500cc glukosa 5%.
c. SC dilakukan
- kalau serviks panjang dan
tertutup
- kalau setelah pemecahan ketuban
dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga his.
- kalau anak masih hidup
d. Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia
uteri yang berat yang tidak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
Pre Eklampsia
A. Pengertian Preeclampsia
Preeklampsia
atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh
setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada
beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
B.
Epidemiologi
Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak
10% dari kehamilan, biasanya di kedua atau ketiga trimester,
dan setelah minggu ke-32. Beberapa perempuan akan mengalami pre-eklampsia
seawal 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Adalah jauh lebih sering
terjadi pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun
secara signifikan di kehamilan kedua. Sementara ayah perubahan dalam kehamilan berikutnya
sekarang diduga risiko lebih rendah, kecuali pada mereka yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan resiko
ia telah sulit untuk mengevaluasi seberapa besar perubahan sebenarnya adalah
ayah dan studi yang menyediakan data yang saling bertentangan mengenai hal ini.
Pre-eclampsia juga lebih sering
terjadi pada wanita yang sudah ada sebelumnya hipertensi, diabetes, autoimun seperti
penyakit lupus, berbagai
Warisan thrombophilias seperti Faktor V Leiden,
atau penyakit ginjal,
pada wanita dengan riwayat keluarga pra-eklampsia, wanita gemuk, dan pada
wanita dengan kehamilan ganda (kembar, kembar tiga,
dan banyak lagi). Tunggal paling signifikan untuk mengembangkan risiko
pre-eklampsia adalah memiliki memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pre-eklampsia dapat juga terjadi pada
pasca-masa melahirkan." Hal ini disebut sebagai "pra-eklampsia
setelah melahirkan." Waktu yang paling berbahaya bagi ibu adalah 24-48 jam
pasca-melahirkan dan perhatian harus diberikan pada pre-eklampsia tanda-tanda
dan gejala
C. Etiologi preeklampsia
Penyebab
pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia
dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan
gangguan aliran darah ke rahim.
D. Factor resiko preeklampsia
Preeklampsia umumnya terjadi pada
kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita
diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :
·
Riwayat tekanan darah tinggi yang
khronis sebelum kehamilan.
·
Riwayat mengalami preeklampsia
sebelumnya.
·
Riwayat preeklampsia pada ibu atau
saudara perempuan.
·
Kegemukan.
·
Mengandung lebih dari satu orang
bayi.
·
Riwayat kencing manis, kelainan
ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
E.
Patogenesis
Meskipun banyak penelitian tentang etiologi dan
mekanisme pra-eklampsia telah terjadi, patogenesis pastinya masih belum jelas.
Beberapa penelitian mendukung gagasan yang tidak memadai suplai darah ke
plasenta sehingga melepaskan hormon tertentu atau agen kimia itu, pada ibu
cenderung dengan kondisi, menyebabkan kerusakan endotelium
(lapisan pembuluh darah), perubahan dalam metabolisme,
peradangan,
dan lain yang mungkin reaksi.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa hipoksia
dihasilkan dari memadai perfusi upregulates sFlt-1, sebuah VEGF
dan PlGF antagonis, yang menyebabkan kerusakan endotelium ibu dan pembatasan
pertumbuhan plasenta. Di samping itu, endoglin, sebuah
TGF-beta antagonis, meningkat pada hamil wanita yang mengalami preeklamsia.
Larut endoglin kemungkinan peningkatan susunan oleh plasenta sebagai jawaban
atas suatu upregulation permukaan sel-endoglin diproduksi oleh sistem kekebalan
tubuh ibu, meskipun ada juga potensi yang seng dihasilkan oleh endotelium ibu.
Tingkat kedua sFlt-1 dan seng meningkat keparahan penyakit meningkat, dengan
tingkat kadar seng melampaui sFlt-1 dalam sindrom HELLP
kasus. Recent data indicate that Gadd45a stress signaling regulates elevated
sFlt-1 expression in preeclampsia. Data
terakhir menunjukkan bahwa stres Gadd45a mengatur sinyal peningkatan sFlt-1
ekspresi di preeklamsia.
Kedua sFlt-1 dan seng adalah
peningkatan susunan dalam semua ibu hamil sampai batas tertentu, mendukung
gagasan bahwa penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah kehamilan normal
adaptasi kacau. Seperti sel-sel pembunuh
alami sangat erat terlibat dalam placentation dan sebagai placentation
melibatkan ibu tingkat toleransi untuk plasenta asing yang membutuhkan sumber
daya ibu atas dukungannya, tidaklah mengherankan bahwa sistem kekebalan tubuh
ibu akan merespon lebih negatif terhadap kedatangan beberapa placentae di bawah
keadaan tertentu, seperti plasenta yang lebih invasif dari biasanya. Ibu
awal penolakan terhadap cytotrophoblasts plasenta mungkin menjadi penyebab
tidak cukup direnovasi arteri spiralis
dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan dangkal preeklamsia implantasi, yang
mengarah ke hilir hipoksia dan munculnya gejala ibu sebagai respons terhadap
peningkatan susunan sFlt-1 dan Seng.
Telah didokumentasikan bahwa sel
janin seperti janin erythroblasts
serta janin bebas sel DNA meningkat dalam sirkulasi maternal pada wanita yang
berkembang preeklamsia. Temuan ini telah memunculkan hipotesis bahwa penyakit
pre-eklampsia adalah suatu proses di mana sebuah lesi plasenta seperti hipoksia
janin dapat meningkatkan bahan ke dalam sirkulasi ibu yang mengarah ke respons imun
dan kerusakan endotel pada akhirnya mengakibatkan preeklampsia dan eklampsia.
F. Gejala preeklampsia yang patut di
waspadai
Selain
bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, beberapa
wanita hamil yang normal dapat mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
Tetapi jika bengkak yang timbul tidak mengecil saat istirahat dan ditambah
dengan gejala yang saya sebutkan diatas, maka sebaiknya anda segera ke dokter
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Gejala preeklampsia yang patut
diwaspadai adalah :
·
Berat badan yang meningkat secara
drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh.
·
Nyeri perut.
·
Sakit kepala yang berat.
·
Perubahan pada refleks.
·
Penurunan produksi kencing atau
bahkan tidak kencing sama sekali.
·
Ada darah pada air kencing.
·
Pusing.
·
Mual dan muntah yang berlebihan.
G.
Komplikasi
Eklampsia dapat
terjadi setelah timbul pre-eklampsia. Eklampsia, yang merupakan kondisi yang
lebih serius, merumitkan 1 pada tahun 2000 maternities di Inggris Raya dan
membawa kematian ibu 1,8 persen. Para sindrom HELLP lebih sering terjadi, mungkin sekitar 1
dalam 500 maternities, tetapi mungkin berbahaya seperti eklampsia itu sendiri. Kedua ibu utama krisis sekarang dapat
unheralded oleh tanda-tanda prodromal pra-eklampsia.
Pendarahan otak adalah lesi yang
dapat membunuh wanita dengan pra-eklampsia atau eklampsia. Dalam pendarahan otak adalah komplikasi yang
dikenal hipertensi berat dalam konteks lain, harus diasumsikan bahwa ini
merupakan faktor predisposisi utama dalam situasi ini, meskipun hal ini belum
terbukti. Sindrom gangguan pernapasan
dewasa tampaknya telah menjadi lebih umum, tidak diketahui apakah ini merupakan
konsekuensi dari metode modern dukungan pernafasan daripada penyakit itu
sendiri.
H. Efek preeklampsia pada bayi
Preeklampsia
dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan
menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu,
preeklampsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan
komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar,
epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan.
I. Pengobatan preeklampsia dan
eklampsia
Pengobatan
preeklampsia dan eklampsia adalah kelahiran bayi. Preeklampsia ringan (tekanan
darah diatas 140/90 yang terjadi pada umur kehamilan 20 minggu yang mana wanita
tersebut belum pernah mengalami hipertensi sebelumnya) dapat dilakukan
observasi di rumah atau di rumah sakit terggantung kondisi umum pasien.
Jika
umur bayi masih prematur, maka diusahakan keadaan umum pasien dijaga sampai
bayi siap dilahirkan. Proses kelahiran sebaiknya dilakukan di rumah sakit
dibawah pengawasan ketat dokter spesialis kebidanan. Jika umur bayi sudah
cukup, maka sebaiknya segera dilahirkan baik secara induksi (dirangsang) atau
operasi.
Untuk
preeklampsia berat lebih baik dilakukan perawatan intensif di rumah sakit guna
menjaga kondisi ibu dan bayi yang ada di dalam kandungannya.
EKLAMPSIA
A.
Pengertian Eklampsia
·
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan
dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala
preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang
kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum,
saat atau setelah melahirkan.
·
Eklampsia (Yunani, "sebagainya bersinar"), yang akut dan
mengancam kehidupan komplikasi kehamilan,
dicirikan oleh munculnya clonic tonik-kejang,
biasanya pada pasien yang telah berkembang preeklamsia.
(Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut hipertensi gangguan
kehamilan dan toksemia kehamilan.) Eklampsia termasuk kejang-kejang
dan koma yang terjadi selama kehamilan tetapi karena sudah ada sebelumnya atau
gangguan otak organik
B.
Faktor risiko
Eklampsia, seperti pre-eklampsia,
cenderung terjadi lebih sering pada kehamilan pertama dan ibu-ibu muda di mana
ia berpikir bahwa novel ayah paparan antigen yang
terlibat. Lebih lanjut, perempuan dengan penyakit vaskular yang sudah ada
sebelumnya (hipertensi,
diabetes, dan nefropati)
atau penyakit thrombophilic seperti sindrom antifosfolipid berada pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan
pre-eklampsia dan eklampsia. Kondisi dengan plasenta yang besar (beberapa kehamilan,
hydatiform mol)
juga faktor predisposisi untuk toksemia. Selanjutnya, ada komponen genetik;
pasien yang ibunya atau saudara perempuan memiliki kondisi berada pada risiko
yang lebih tinggi. Pasien dengan eklampsia adalah pada peningkatan risiko untuk
pre-eklampsia / eklampsia pada kehamilan berikutnya.
C.
Patofisiologi
Walaupun berbagai teori telah
diajukan untuk menjelaskan preeklamsia dan eklampsia, hal itu terjadi hanya
dalam keberadaan plasenta dan
diselesaikan oleh penghapusan. [3] Dokter akan menyarankan agar plasenta hypoperfusion
merupakan fitur kunci dari proses. Hal ini disertai dengan peningkatan kepekaan
pembuluh darah ibu untuk menekan agen menuju vasospasm dan hypoperfusion dari
berbagai organ. Lebih lanjut, aktivasi
dari koagulasi
menyebabkan kaskade microthrombi
pembentukan dan memperparah masalah perfusi. Kehilangan plasma dari pembuluh darah yang
dihasilkan pohon dengan edema tambahan situasi kompromi. Peristiwa ini mengarah pada tanda-tanda dan
gejala toksemia termasuk hipertensi, ginjal, paru, dan disfungsi hepatik, dan -
dalam eclampsia khusus - disfungsi serebral. praklinis penanda proses penyakit
adalah tanda-tanda meningkatnya aktivasi trombosit dan endotel.
Hypoperfusion plasenta berkaitan
dengan modeling abnormal janin-ibu antarmuka yang mungkin immunologically
ditengahi. The invasi dari trofoblas tampak tidak lengkap. Adrenomedullin,
sebuah vasodilator potensial, diproduksi dalam jumlah berkurang oleh plasenta
di pre-eklampsia (dan dengan demikian eclampsia). vasoactive lain agen yang berperan termasuk prostasiklin,
tromboksan
A2, nitrat oksida,
dan endothelins
menyebabkan vasokonstriksi. Banyak
penelitian menunjukkan pentingnya wanita toleransi imunologi
untuk ayah bayinya, yang gen muda hadir dalam janin dan plasenta dan yang dapat
menimbulkan tantangan ke sistem kekebalan tubuh.
Eklampsia dipandang sebagai bentuk hipertensi ensefalopati
dalam konteks peristiwa yang patologis yang menyebabkan preeklamsia. Diperkirakan bahwa otak resistensi vaskular
berkurang, mengakibatkan peningkatan aliran darah ke otak. Selain fungsi yang
abnormal endotelium,
ini mengarah pada edema serebral. Umumnya kejang eclamptic tidak akan
menyebabkan kerusakan otak abadi, namun dapat terjadi perdarahan intrakranial.
D.
Tanda dan gejala
Biasanya pasien menunjukkan
tanda-tanda kehamilan-induced hipertensi dan proteinuria
sebelum awal ciri khas eklampsia, yang eclamptic sawan. Tanda-tanda serebral
lain mungkin mendahului kekejangan seperti mual, muntah, sakit kepala, dan
kebutaan kortikal. Selain itu, dengan
kemajuan proses patofisiologi, gejala organ lain yang mungkin ada, termasuk
sakit perut, gagal hati, tanda-tanda sindrom HELLP,
paru-paru edema,
dan oliguria. Janin mungkin telah telah diganggu oleh kelambatan pertumbuhan intrauterine, dan dengan perubahan-perubahan selama toxemic mungkin
menderita eklampsia janin yang tertekan.
Perdarahan plasenta dan plasenta abruption
dapat terjadi.
E.
Eclamptic kejang
Chesley membedakan keempat tahap
dari suatu peristiwa eclamptic: Pada tahap invasi wajah berkedut dapat
diamati di sekitar mulut. Pada tahap
kontraksi kontraksi tonik membuat tubuh kaku; tahap ini bisa berlangsung
sekitar 15 sampai 20 detik. Tahap
selanjutnya adalah tahap kekejangan ketika disengaja dan gerakan-gerakan
otot yang kuat terjadi, mungkin lidah digigit, busa muncul di mulut. Pasien
berhenti bernapas dan menjadi cyanotic; tahap ini
berlangsung sekitar satu menit. Tahap terakhir adalah lebih atau kurang lama koma. Ketika
pasien terjaga, dia tidak mungkin untuk mengingat peristiwa. Dalam beberapa
kasus yang jarang ada pasien kejang-kejang dan langsung jatuh ke dalam koma. Beberapa pasien ketika mereka terbangun dari
koma mungkin memiliki kebutaan sementara. Selama kejang, janin mungkin
mengalami Bradycardia
F.
Diagnosis
Kejang selama kehamilan yang tidak
berhubungan dengan pre-eklampsia harus dibedakan dari eklampsia. Termasuk gangguan seperti gangguan kejang
serta tumor otak, aneurisma otak, obat-obat terkait atau kejang. Biasanya kehadiran tanda-tanda pre-eklampsia
berat yang mendahului dan menyertai eclampsia memfasilitasi diagnosis.
G.
Perawatan
Pengobatan eklampsia segera
memerlukan intervensi dan bertujuan untuk mencegah kejang-kejang, mengontrol
tekanan darah tinggi dan memberikan janin.
H.
Pencegahan kejang
Pencegahan kejang kekejangan
biasanya dilakukan dengan menggunakan magnesium sulfat.
Gagasan untuk menggunakan Mg 2 +
untuk manajemen eclamptogenic toksemia tanggal
dari sebelum tahun 1955 ketika itu diuji dan diterbitkan-serum terapeutik Mg 2
+ range untuk pencegahan kontraksi rahim eclampsic masih dianggap:
4,0-7,0 mEq / L. As per Lu dan
Nightingale , serum Mg 2 + konsentrasi yang berhubungan dengan
toksisitas ibu (juga neonatus depresi atau hypotonia dan skor Apgar yang
rendah) adalah:
- 7,0-10,0 mEq / L - kehilangan refleks patela
- 10,0-13,0 mEq / L - depresi pernapasan
- 15,0-25,0 mEq / L - diubah atrioventrikular konduksi
dan (lebih) lengkap blok jantung
- > 25,0 mEq / L - perhentian jantung
Bahkan dengan serum terapeutik Mg 2
+ konsentrasi, kejang-kejang dan kejang berulang mungkin terjadi-pasien
akan menerima tambahan MgSO 4 tetapi di bawah pemantauan ketat untuk
pernapasan, jantung dan saraf depresi: 4-6 g dosis muatan dalam 100 ml cairan
IV selama 15-20 menit ., kemudian 2 g / jam sebagai infus kontinu. Jika tinggi konsentrasi Mg 2 +
gagal berlaku, IV Antikonvulsan
akan memudahkan pasien intubasi dan ventilasi mekanik sebagai ajuvan terhadap
eclamptic kejang-kejang (plus otot dada hypermagnesemic kelumpuhan).
Baru-baru ini implikasi jangka panjang
dari magnesium sulfat
terapi dievaluasi oleh studi murai internasional.
anti
hipertensi manajemen
Antihipertensi manajemen pada tahap
ini dalam kehamilan dapat terdiri dari hydralazine (5-10 mg IV setiap 15-20
menit sampai respon yang diinginkan tercapai) atau labetalol (20 mg iv bolus
diikuti oleh 40 mg jika perlu dalam 10 menit, kemudian 80 mg setiap 10 sampai
dengan maksimum dari 220 mg).
I.
Pencegahan
Deteksi dan pengelolaan preeklamsia
adalah penting untuk mengurangi risiko eklampsia. Manajemen yang tepat pasien dengan
pre-eklampsia umumnya melibatkan penggunaan magnesium sulfat sebagai agen untuk
mencegah kejang-kejang, dan dengan demikian mencegah eclampsia.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar