BAB I
PENDAHULUAN
A.
KONSEP DASAR
I.
Definisi
Masa Nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan
lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. (Departemen Kesehatan RI, 1979 : 191)
Masa Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 316)
II. Etiologi
Nyeri perineum sebagai manifestasi
dari luka bekas penjahitan yang dirasakan klien akibat ruptur perineum pada kala
pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak telah berada di dasar panggul.
Ruptur perineum tidak selalu dihindarkan, tetapi dengan pertolongan yang baik
pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat dikurangi. Kalau terjadi robekan
perineum, harus diperiksa dimana robekan itu, bagaimana panjangnya, bagaimana
dalamnya dan rata atau tidak. Ruptur perineum harus secepat mungkin dijahit,
sebab jika terlalu lama, luka baru itu akan menjadi luka lama yang mempunyai
potensi untuk terkena infeksi. Dalam menjahitan harus dijaga kerapian dan
kerapatannya, sehingga perineum dapat rata kembali sebelum terjadi robekan.
Adanya cedara jaringan lunak yang direkontruksi dengan benar dengan cara
menjahit robekan perineum mempunyai resiko perdarahan dan infeksi luka. Untuk
itu dibutuhkan teknik perawatan yang benar dan hati-hati untuk mencegah
terjadinya infeksi dan luka jahitan perineum.
III.
Bagian
terdepan anak berada pada dasar panggul
Patofisiologi
Bagian
terdepan anak berada pada dasar panggul
|
IV. Penatalaksanaa
Luka jahitan perineum dilakukan
melalui perawatan vulva setiap kali pasien BAK atau BAB atau pada waktu khusus
diadakan perawatan vulva. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana keadaan
jahitannya, keadaan luka besar jahitan apakah perineum membengkak bila terjadi.
Bila terjadi hal ini, agar cepat diberikan pengobatan pada paisen yang
mendapatkan jahitan perineum tingkat 3, biasanya tidak diberikan huknah atau
gliserin spuit sampai 3 atau 4 hari setelah melahirkan, karena bila diberikan
terlalu cepat akan mempengaruhi pemyembuhan luka jahitan. Pemberian analgesik
berguna untuk mengatasi rasa nyeri, selain itu teknik relaxasi juga dapat
diberikan.
Ø
PERAWATAN IBU DALAM MASA NIFAS
Setelah persalinan selesai, maka ibu
dibersihkan dari segala kotoran dan kemudian dipersilahkan istirahat dan
mengawasi keadaan ibu selama kira-kira 2 jam terutama memperhatikan kemungkinan
timbulnya perdarahan, menjaga kebersihan aurat dan kerampang dengan membilas
bagian-bagian tersebut dengan air masak dan sabun, setelah BAK/BAB,
menganjurkan ibu untuk meminum banyak, tidak boleh bersetubuh selama dalam masa
nifas dan ibu dianjurkan untuk kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pertama
pasca persalinan, pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, payudara
dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung
kemih, tonus otot sphingteroni dan adanya flour albus.
-
Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas adalah infeksi
nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.
Ø SENAM IBU DALAM NIFAS
Untuk memulihkan kekendoran otot-otot
sesudah kehamilan dan persalinan dianjurkan mengadakan latihan-latihan sendiri.
1.
Latihan menarik nafas
Bantal kecil diletakkan dibawah bahu
dengan ke dua tangan dibawah kepala, dan menarik nafas panjang dan pelan-pelan.
2.
Berulang-ulang mengangkat dan menurukan tungkai, untuk
memperkuat otot-otot perut.
3.
Mengangkat tungkai secara perlahan-lahan kemudian
menurunkannya.
4.
Mengangkat kepala dan bahu untuk memperkuat tonus otot-otot
perut.
5.
Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan meluruskan
kedua tangan.
6.
Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan menarik
kedua tangan dibelakang kepala.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
1.
Pengumpulan Data
a.
Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
pendidikan, suku bangsa, status perkawinan, tanggal dan jam MRS, diagnosa medis
b.
Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh
nyeri / ketidaknyamanan pada daerah kemaluannya setelah melahirkan.
c.
Riwayat penyakit sekarang
1.
Riwayat kesehatan lalu
Perlu ditanyakan mengenai
kondisi penyakit sebelumnya seperti hipertensi, DM, Jantung atau keluhan yang
lainnya.
2.
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh
nyeri pada bagian kemaluannya disaat klien bergerak dan berkurang apabila
beristirahat.
3.
Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu ditanyakan
adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi, DM, Jantung) dan penyakit
menular serta mempunyai riwayat persalinan kembar.
4.
Riwayat kesehatan psikososial
Biasanya pasien dengan
masa nifas mengalami kecemasan tentang keadaan bayinya serta nyeri pada daerah
perineum.
d.
Pola-pola fungsi kesehatan
1.
Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Karena kecemasannya
terhadap jahitan perineum biasanya klien BAK atau BABnya menjadi sulit dan
takut karena jahitannya dapat robek. Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan
dan pengetahuan tentang cara vulva hygiene setiap BAK atau BAB agar dapat
terjadi infeksi dan jahitannya dapat kering.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya klien pada masa nifas mengalami
peningkatan nafsu makan dan penurunan nafsu makan.
3.
Pola eliminasi
Pada penderita post partum
sering terjadi adanya perasaan sering atau susah untuk BAK yang ditimbulkan
oleh terjadinya odem dari trigono, yang menimbulkan obstruksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi. Selain itu klien takut BAB atau BAK karena
jahitannya robek atau nyerinya bertambah.
4.
Pola istirahat dan tidur
Pada klien
nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena merasakan nyeri
pada perineum.
5.
Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
terbatas, misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum
terjadi keterbatasan aktivitas.
6.
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat
luka jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi
pada ibu primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya.
7.
Pola persepsi dan kensep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih
menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan konsep
diri yaitu Body Image dan ideal diri.
8.
Pola reproduksi dan sexual
Terjadi
perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam hubungan sexual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
9.
Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan
peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena masa nifas adalah masa dimana
ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas terbatas.
10. Pola tata nilai dan
kepercayaan
Klien dengan masa nifas
tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya bisa berdoa karena klien masih
dalam keadaan bedrest dan belum bersih
e.
Pemeriksaan fisik
1.
Kepala
Pada klien
dengan nyeri perineum biasanya tidak terdapat kelainan pada kepala
2.
Lochea
Lochea rubra
warna merah kehitaman
3.
Vulva
Vulva bersih dan biasanya tidak ada masalah
4.
Vagina
Dari vagina dapat dilihat ada tidaknya perdarahan, jumlah
perdarahan dan ada / tidaknya fluor albus
5.
Uterus
Biasanya uterus lama kelamaan akan mengecil dan biasanya
apabila ibu baru post partum tinggi uterus adalah 1 jari bawah pusat
6.
Perineum
Terdapat perobekan alami atau akibat episiotomi sehingga ini
dapat menyebabkan nyeri
7.
Cervix
Biasanya ibu nifas, keadaan cervixnya menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak dan biasanya ada perobekan
8.
Payudara
Biasanya ibu nifas, payudaranya tegang dan membesar, puting
susu menonjol, dan ini sebelumnya harus mendapatkan perawatan payudara agar
tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan ASI
II.
Analisa Data
Data yang
terkumpul selanjutnya dikelompokkan, meliputi data subyektif dan obyektif untuk
menentukan masalah data yang telah dikelompokkan dan ditentukan masalah
keperawatannya kemudian ditentukan penyebabnya serta dirumuskan kedalam
diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990)
III.
Diagnosa keperawatan
Adalah suatu
pernyantaan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan yang ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi.
Ø Diagnosa yang muncul pada
klien dengan nifas adalah :
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya luka
post partum, peregangan perineum, luka episiotomi
2.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubung dengan personal
hygiene kurang
3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang
menyusui
IV.
Rencana keperawatan
Perencanaan
merupakan tahap kedua dalam menyusun rencana keperawatan yang dilaksanakan
setelah mengumpulkan data, menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan
serta menentukan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau
mengurangi masalahnya.
Ø Diagnosa keprawatan 1 :
Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya luka post partum, peregangan perineum,
luka episiotomi
Tujuan : Nyeri berkurang /
menghilang
Kriteria hasil : - Klien mampu beradaptasi dengan nyeri
- TTV dalam batas normal
- Wajah klien tidak menyeringai
kesakitan
- Klien tidak memegangi daerah
yang sakit
- Skala nyeri O
Rencana tindakan :
1.
Lakukan pendekatan secara terapeutik pada pasien dan keluarga
R/ : Diharapkan klien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan yang
akan dilakukan
2.
Kaji tingkatan skal nyeri klien
R/ : Untuk mengetahui tingkat ambang
nyeri dengan mempermudah dalam memberikan asuhan keperawatan.
3.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien sesuai dengan
keinginan ibu.
R/ : Dengan memberikan posisi yang
klien dapat beristirahat dan nyeri berkurang.
4.
Ajarkan pada klien teknik relaksasi dengan nafas dalam
R/ : Nafas dalam dapat membuat
otot-otot abdomen rilex sehingga nyeri berkurang
5.
Observasi TTV setiap 2 jam
R/ : Untuk mengetahui kondisi dan keadaan pasien
6.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/ : Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
Ø Diagnosa keperawatan 2 :
Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan personal hygiene kurang
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : - Bebas tanda-tanda infeksi (REEDA)
-
TTV dalam batas normal
-
Tidak adanya PUS pada perineum
-
Luka jahit pada perineum baik dan tidak perdarahan
Rencana tindakan :
1.
Observasi TTV
R/ : Untuk
mengetahui tanda-tanda adanya infeksi
2.
Lakukan vulva Hygiene tiap selesai BAK dan BAB
R/ :
Meminimalkan terjadinya infeksi.
3.
Berikan penjelasan pada klien tentang cara melakukan vulva
hygiene dengan benar
R/ : Melatih
personal hygiene
4.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antibiotik
R/ : Mencegah
terjadinya infeksi.
V.
Pelaksanaan
Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi tindakan
yang direncanakan oleh perawat melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan RS.
VI.
Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah di buat
pada tahap perencanaan. (Dokumentasi Kep. Azis. A. H., 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI,
1979, Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat
Mansyoer Arif, dkk, 2001, Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, FKUI, Jakarta
Lismidar, dkk, 1990, Proses
Keperawatan, Universitas Jakarta
A. Aziz Alimul H, 2001, Dokumentasi
Keperawatan
0 komentar:
Posting Komentar