KB MANTAP
KB
Mantap secara umum dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1.
Kontrasepsi wanita/kontap wanita/MOW/Medis
Operatif Wanita
2.
Kontrasepsi pria/kontap pria/MOP/Medis
Operatif Pria
A.
TUBEKTOMI
1. Definisi
Tubektomi adalah setiap
tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita tersebut tidak hamil
lagi. Merupakan kontraseps paling efektif dengan angka kegagalan kurang dari 1%
(kapita selekta, FKUI 2001).
2. Profil
a.
Sangat efektif, angka
kegagalan sedikit lebih rendah
b.
Segera efektif post
operatif
c.
permanen
d.
Tindak pembedahan yang
aman dan sederhana
e.
Tidak ada efek samping
f.
Konseling dan informed
consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan.
3. Mekanisme
kerja
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat
dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
4. Manfaat
a.
Kontrasepsi
1)
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan).
2)
Tidak mempengaruhi proses menyusui
3)
Tidak bergantung padda factor senggama
4)
Baik bagi klien apabila kehamilan akan
menjadi risiko kesehatan yang serius
5)
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anastesi lokal
6)
Tidak ada efek samping dalam jangka waktu
panjang
7)
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
(tidak ada efek pada produksi hormone ovarium)
b.
Nonkontrasepsi
Berkurangnya
risiko kanker ovarium
5. Keterbatasan
a. Harus
dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi
b. Klien
dapat menyesal di kemudian hari
c. Risiko
komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum)
d. Rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan
oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi)
f. Tidak
melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
6. Yang
Dapat Menjalani Tubektomi
a. Usia
> 26 tahun
b. Paritas
> 2
c. Yakin
telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendaknya
d. Pada
kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
e. Pasca persalinan
f. Pasca keguguran
g. Paham
dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
7. Yang
Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
a. Hamil
(sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Perdarahan
vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
c. Infeksi
sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
d. Tidak
boleh menjalani proses pembedahan
e. Kurang
pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
f. Belum
memberikan persetujuan tertulis.
8. Kapan
Dilakukan
a. Setiap
waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut
tidak hamil
b. Hari
ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c. Pascapersalinan
-
Minilap : didalam waktu
2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
-
Laparoskopi : tidak
tepat untuk klien-klien pascapersalinan
d. Pascakeguguran
-
Triwulan pertama : dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap/laparoskopi)
-
Triwulan kedua : dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap saja).
-
9. Instruksi kepada Klien
a. Jagalah
luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas
normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal di dalam
waktu 7 hari setelah pembedahan).
b. Hindari
hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali melakukan
hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang nyaman.
c. Hindari
mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu
d. Kalau
sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4 hingga 6 jam
e. Jadwalkan
sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah
pembedahan.
f.
Kembalilah setiap waktu
apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau
tanda-tanda dan symptom-symtom yang tidak biasa.
10.
Informasi Umum
a. Nyeri
bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim dialami karena gas (CO2
atau udara) di bawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum
b. Tubektomi
efektif setelah operasi
c. Periode
menstruasi akan berlanjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan hormonal
sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan)
d. Tubektomi
tidak memberikan perlindungan atas IMS.
B.
VASEKTOMI
1. Profil
a. Sangat
efektif
b. Tidak
ada efek samping jangka panjang
c. Tindak
bedah yang aman dan sederhana
d. Efektif
setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
e. Konseling
dan informed consent mutlak diperlukan.
2. Batasan
Vasektomi
adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi vas
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
3. Indikasi
Vasektomi
merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
4.
Keuntungan
a.
Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan
bersifat permanen.
b.
Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak ingin
memiliki anak.
c.
Tidak perlu rutinitas menggunakan kondom setiap berhubungan seks
atau pengaman lainnya baik untuk suami maupun istri.
d.
Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dibandingkan
dengan sterilisasi tuba.
e.
Tidak memengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati
hubungan seksual.
5.
Kerugian
a.
Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah
operasi, tapi rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat ringan.
Juga ada rasa sedikit tidak nyaman saat buang air kecil
b.
Sering kali harus melakukan kompres dengan es selama empat jam
untuk mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tidak nyaman serta harus
memakai celana yang dapat mendukung kantung (skrotum) selama dua hari.
c.
Operasi tidak efektif dengan segera. Supaya aman, pasien
diharuskan memakai kondom terlebih dahulu. Untuk mengetahui sudah steril atau
belum, biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
d.
Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi seksual
menular termasuk HIV.
e.
Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika pria tersebut
masih berusia di bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau ada anaknya yang
meninggal.
6. Kondisi
yang Memerlukan Perhatian Khusus bagi Tindakan Vasektomi
a. Infeksi
kulit pada daerah operasi
b. Infeksi
sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
c. Hidrokel
atau varikokel yang besar
d. Hernia
inguinalis
e. Filariasis
(elefantiasis)
f. Undesensus
testikularis
g. Massa
intraskrotalis
h. Anemia
berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia.
7. Informasi
bagi Klien
a. Pertahankan
band aid selama 3 hari
b. Luka
yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk
c. Boleh
mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka boleh
dicuci dengan sabun dan air
d. Pakailah
penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
e. Jika
ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen
setiap 4-5 jam
f. Hindari
mengangkat barang berat dan kerja untuk 3 hari
g. Boleh
bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah
kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20
kali
h. Periksa
semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi
8. Penilaian
Klinik
Riwayat
sosiomedik yang perlu diketahui dari seorang calon akseptor vasektomi meliputi
hal-hal berikut :
a. Riwayat
operasi atau trauma pada region skrotalis atau inguinalis
b. Riwayat
disfungsi seksual, termasuk impotensi
c. Kondisi
area skrotalis (ketebalan kulit, parut atau infeksi)
d. Temuan
berupa undesensus testikularis, hidrokel/varikokel, massa intraskrotalis atau
hernia inguinalis
e. Riwayat
proteinuria atau diabetes mellitus.
9. Komplikasi
a. Komplikasi
dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan.
Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis
yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap
anyaman pembuluh darah di sekitar vas deferensia.
b. Komplikasi
pascatindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis,
epididimis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi.
Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi
adalah terjadinya antibody sperma
C.
REKANALISASI
1.
Rekanalisasi Tuba Falopii
Operasi
rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Teknik ini
tidak saja menyambung kembali tuba falopii dengan baik, tetapi juga menjamin
kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro yang secara
akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal, mengurangi
perlekatan pascaoperasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae
tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik.
2.
Seleksi Kasus
Tidak
semua klien pascatubektomi dapat dengan mudah menjalankan rekanalisasi atau
dikabulkan permintaan rekanalisasinya. Beberapa pertimbangan harus diberikan
untuk keberhasilan rekanalisasi tersebut.
3. Beberapa Indikasi kontra antara lain :
1. Umur
klien > 37 tahun
2. Tidak
ada ovulasi (atau ada masalah dari factor ovarium)
3. Suami
oligospermi atau azoospermi
4. Keadaan
kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan akan memperburuk kesehatannya
5. Tuberculosis
genitalia interna
6. Perlekatan
organ-organ pelvic yang luas dan berat
7. Tuba
yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm)
8. Infeksi
pelvis yang masih aktif
4.
Beberapa pertimbangan sebelum memutuskan untuk
operasi
Pemilihan
klien dilakukan berdasarkan :
1)
Pemeriksaan praoperatif
a)
Anamnesis yang lengkap,
termasuk laporan operasi daerah pelvis dan penyakit panggul terdahulu
b)
Pemeriksaan fisik umum
(status generalis)
c)
Pemeriksaan ginekologis
d) Pemeriksaan
laparoskop dan atau
e)
Pemeriksaan
histerosalpingografi
2)
Keputusan untuk operasi
dan waktunya
a)
Apakah bisa dilakukan
pembedahan mikro pada kasus tersebut
b)
Apakah tindakan
pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik untuk klien agar dapat hamil.
Bila
jawaban YA, harus ditentukan waktu operasi. Tindakan pembedahan biasanya
dilakukan di Rumah Sakit oleh ahli bedah yang terlatih serta dengan sarana yang
lengkap untuk operasi mikro.
D.
PERBANDINGAN
ANTARA KONTRASEPSI MANTAP PRIA DAN WANITA
|
KONTAP
PRIA
|
KONTAP
WANITA
|
Efektifitas
|
-
Sangat efektif,
tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan kehamilan sedikit lebih
tinggi.
-
Efektif 6-10 minggu
setelah operasi.
|
-
Sangat efektif, angka
kegagalan sedikit lebih rendah.
-
Segera efektif
post-operatif.
|
Komplikasi
|
-
Hampir tidak ada
risiko trauma internal.
-
Infeksi serius sangat
rendah.
-
Tidak ada kematian
yang berhubungan dengan anestesi.
|
-
Risiko trauma
internal sedikit lebih tinggi.
-
Kemungkinan infeksi
serius sedikit lebih tinggi.
-
Sedikit sekali
kematian yang berhubungan dengan anestesi.
|
Penerimaan
|
-
Bekas luka parut
hampir tidak terlihat.
-
Reversibilitas
sedikit lebih tinggi.
-
Biaya lebih tinggi
|
-
Bekas luka parut
kecil tetapi masih dapat terlihat.
-
Reversibilitas sedikit
lebih rendah.
-
Biaya lebih tinggi.
|
Personil
|
-
Dapat dikerjakan
sendiri, dengan atau tanpa asisten .
-
Dapat dikerjakan oleh
paramedic yang terlatih.
-
Waktu operasi lebih
singkat (1/2 waktu operasi kontap wanita)
|
-
Perlu suatu tim.
-
Lebih sukar dipelajari
dan dikerjakan oleh paramedic.
-
Waktu operasi lebih
lama.
|
Peralatan
|
-
Hanya memerlukan
peralatan bedah sederhana/standard
-
Dapat dikerjakan
dengan anestesi lokal
|
-
Mini-lap hanya
memerlukan peralatan bedah standard
-
Untuk endoskopi
diperlukan peralatan yang mahal, rumit, perawatan yang baik.
|
Fasilitas
penunjang
|
-
Tidak diperlukan
fasilitas penunjang bila terjadi komplikasi.
|
-
Diperlukan
fasilitas penunjang untuk tindakan
laparotomi bila terjadi komplikasi serius
|
Kemungkinan
efek samping jangka panjang
|
-
Tidak ada
|
-
Risiko kehamilan
ektopik
|
0 komentar:
Posting Komentar