ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ADDISON’S DISEASE
A. Definisi
Ø
Addison’s
Disease adalah kegagalan korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi hormone
dalam jumlah yang adekuat sehingga akan mempengaruhi kerja tubuh dalam menekan
dan meregulasi tekanan darah serta mengatur keseimbangan air dan garam, dapat
terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria-pria dan wanita-wanita sama
rata.
Ø Penyakit Addison adalah
hipofungsi kronik korteks adrenal primer akibat dari kerusakan pada korteks
adrenal. (Cermin Dunia Kedokteran No. 39)
Ø Penyakit Addison adalah
penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasienakan hormon-hormon korteks adrenal. (Soediman, 1996 )
Ø Penyakit Addison adalah
lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya autoimun
atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
B.
Etiologi
Penyebab terbanyak (75%) atrofi
otoimun dan idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau infeksi
kelenjar adrenal, TB kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat. Penghentian
mendadak terapi hormon adrenokortika akan menekan respon normal tubuh terhadap
stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi kortikosteroid selama
dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal.
Autoimun
Penyakit Addison karena proses
autoimun didapatkan pada 75% dari penderita. Secara histologik tidak didapatkan
3 lapisan korteks adrenal, tampak bercak-bercak fibrosis dan infiltrasi
limfosit korteks adrenal . Pada serum penderita didapatkan antibodi adrenal
yang dapat diperiksa dengan cara Coons test, ANA test,
serta terdapat peningkatan imunoglobulin G.
Tuberkulosis
Kerusakan
kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21% dari penderita. Tampak daerah nekrosis
yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan serbukan sel-sel limfosit, kadang
kadang dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi Seringkali didapatkan proses
tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya tuberkulosis paru,
tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis vertebrata (Pott s disease),
hati, limpa serta kelenjar limpa.
Infeksi lain
Penyebab
kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang ialah karena
: histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta septikemi karena kuman stafilokok
atau meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
Bahan-bahan kimia
Obat-obatan
yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal dengan menghalangi
biosintesis yaitu metirapon; sedang yang membloking enzim misalnya amfenon,
amino- glutetimid dll.
Iskemia
Embolisasi dan
trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks adrenal, walaupun hal ini jarang
terjadi.
Infiltrasi
Hipofungsi
korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis tumor, sarkoidosis,
penyakit amiloid dan hemokromatosis
Perdarahan
Perdarahan
korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal.
Lain-lain
Akibat
pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan kelainan kongenital.
C. Manifestasi
Klinis
Segera sesudah penyakit Addison
terjadi, orang merasa lemah, lelah, dan pusing kalau berdiri sesudah duduk atau
berbaring. Masalah ini mungkin berkembang lambat laun dan tak kentara. Orang
dengan penyakit Addison memiliki spot kulit yang gelap. Kegelapan mungkin
nampaknya seperti karena sinar matahari, tetapi tampak pada kulit yang terpapar
matahari secara tidak merata. Orang dengan kulit gelap pun bisa mengalami
pigmentasi yang berlebihan, walaupun perubahan lebih sukar untuk diketahuii. Bintik-bintik
hitam mungkin berkembang di balik dahi, muka, dan bahu, dan seorang kulit hitam
kebiru-biruan pemudaran warna mungkin terjadi di seputar puting susu, bibir,
mulut, dubur, kantung kemaluan, atau vagina.
Kebanyakan orang kehilangan berat
badan, menjadi dehidrasi, tidak mempunyai selera makan, dan berkembang manjadi
sakit otot, mual, muntah, dan diare. Banyak menjadi tidak dapat mentolerir
dingin. Kecuali kalau penyakit hebat, gejala cenderung menjadi nyata hanya
selama stress. Periode hypoglycemia, dengan kecemasan dan sangat kelaparan
untuk makanan asin, bisa terjadi, teristimewa pada anak.
Jika penyakit Addison tidak
diobati, nyeri abdominal yang hebat, kelemahan yang sangat, tekanan darah yang
teramat rendah, kegagalan ginjal, dan shock mungkin terjadi (krisis adrenal).
Krisis adrenal sering terjadi jika badan mengalami tekanan, seperti kecelakaan,
luka, pembedahan, atau infeksi hebat. Kematian dengan cepat mungkin mengikuti.
Gejala-gejala dari ketidakcukupan
adrenal biasanya mulainya secara berangsur-angsur. Karakteristik-karakteristik
dari penyakit adalah:
·
Kelelahan
yang memburuk kronis
·
Kelemahan
otot
·
Kehilangan
nafsu makan
·
Kehilangan
berat badan
·
Mual muntah
·
Diare
Gejala-gejala lain termasuk:
·
Tekanan
darah rendah yang jatuh lebih lanjut ketika berdiri, menyebabkan kepeningan
atau membuat pingsan
·
Perubahan-perubahan
kulit pada penyakit Addison, dengan area-area dari hyperpigmentation, atau
penggelapan, yang mencakup bagian-bagian tubuh yang tertutup dan tidak
tertutup; penggelapan kulit ini adalah paling terlihat pada luka-luka parut
(scars); lipatan-lipatan kulit; titik-titik penekanan seperti siku-siku,
lutut-lutut, sendi-sendi engsel, dan jari-jari kaki; bibir; dan selaput-selaput
berlendir
Penyakit
Addison dapat menyebabkan sifat lekas marah (mudah terangsang) dan depresi.
Karena kehilangan garam, permintaan untuk makanan-makanan bergaram juga adalah
umum. Hypoglycemia, atau glukosa darah yang rendah, adalah lebih berat/parah
pada anak-anak daripada pada dewasa-dewasa. Pada wanita-wanita, periode-periode
menstrual mungkin menjadi tidak teratur atau berhenti.
Karena
gejala-gejala majunya secara perlahan, mereka umumnya diabaikan hingga kejadian
yang penuh stress seperti penyakit atau kecelakaan menyebabkan mereka menjadi
lebih buruk. Ini disebut krisis addisonian, atau ketidakcukupan adrenal yang
akut. Pada kebanyakan kasus-kasus, gejala-gejala cukup berat sehingga
pasien-pasien mencari perawatan medis sebelum krisis terjadi. Bagaimanapun,
pada kira-kira 25 persen dari pasien-pasien, gejala-gejala pertama kali nampak
selama krisis addisonian.
Gejala-gejala
dari krisis addisonian termasuk:
·
Nyeri
menembus yang tiba-tiba pada punggung bawah, perut, atau kaki-kaki
·
Muntah
dan diare yang berat
·
Dehidrasi
·
Tekanan
darah rendah
·
Kehilangan kesadaran
Ditinggalkan tidak dirawat,
krisis addisonian dapat menjadi fatal.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Tes
skrining terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menguji respon kortisol
dengan pemaparan 250 g ACTH secara IV atau IM lalu dinilai setelah 60 menit.
Hasil penilaiannya adalah level kortisol harus lebih dari 18 ?g /dl setelah
30-60 menit pemaparan. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah memeriksa
kadar ACTH plasma atau aldosteron plasma untuk membedakan apakah insufisiensi
tersebut primer atau sekunder.
Kadar Kortisol
Kadar kortisol
dalam darah pada jam 08.00 pagi normal 6—20 mg%, dan kurang dari 8 mg% pada
waktu tengah malam, pada penyakit Addison kadar kortisol plasma pada jam 08.00 pagi kurang dari 5 mg% .
Kadar hormon Adrenokortikotropilt
Pemeriksaan kadar
hormon adrenokortikotropik plasma dapat digunakan untuk membedakan antara
insufisiensi korteks adrenal primer dan sekunder. Harga normal hormon adreno-
kortikotropik plasma 0,1 — 0.4 m Unit per 100 ml plasma. Pada insufisiensi
korteks adrenal primer kadar hormon adreno kortikotropik plasma lebih besar
dari 8,2 m Unit per 100 ml plasma. Dengan pemberian 10 mg hidrokortison, kadar
hormon adreno kortikotropik akan menurun dan meningkat lagi setelah injeksi
dihentikan.
Rasio natrium serum dibanding kalium
Pada penyakit
Addison, didapatkan pengeluaran natrium dan retensi kalium karena menurunnya
hormon mineralokortikoid, di mana kadar natrium serum kurang dari 142 mEq/1,
dan kadar kalium serum lebih besar dari 4,5 mEq/1. Rasio natrium serum
dibanding kalium normal 30 — 35, bila rasio kurang dari 30 berarti terdapat
insufisiensi korteks adrenal.
Mengukur kadar 17 hidroksikortikoid dalam urin
dengan “Porter
Silber Chromogen”.
Harga normal
17 hidroksikortikoid urin = 4 — 10 mg/24 jam. Pada insufisiensi korteks adrenal,
kadar 17 hidroksikortikoid urin kurang dari 4 mg/24 jam. Dengan pemberian
ACTH/kosintropin pada insufisiensi korteks adrenal primer tak ada kenaikan dari
17 hidroksikortikoid, sedang pada insufisiensi korteks adrenal sekunder kadar
17 hidroksikortikoid urin meningkat
Mengukur kadar 17 hidroksikortikoid plasma
dengan”Porter Silber Chromogen”
Kadar normal
8–20 Ug/100 ml (pagi) dan akan turun 50% waktu sore. Pada insufisiensi korteks
adrenal, kadar 17 hidroksikortikoid plasma kurang dari 8 Ug/100 ml.
Tes ACTH/Kortrosin
1) Plasma ACTH Tes
Diambil plasma dalam
keadaan puasa, kemudian diukur kadar 17 hidroksikortikoid dengan cara Porter
Silber Chromogen. Kemudian disuntik 25 unit ACTH atau 0,25 mg kortrosin
intramuskuler, lalu diambil darah setelah 30 dan 60 menit. Pada insufisiensi
korteks adrenal primer kenaikan plasma kortikoid kurang dari 10 Ug per 100 ml.
2) Tes ACTH Urin
25 unit ACTH atau 0,25 mg
kortrosin dilarutkan dalam 500– 1.000 ml larutan salin kemudian diberikan
secara intravena selama 8 jam, diukur kadar 17 hidroksikortikoid urin per 24jam
sebelum dan sesudah tes. Pada penyakit Addison tidak terdapat kenaikan 17
hidroksikortikoid urin setelah pemberian ACTH.
Repeated 8 Hour ACTH Test”
25 unit ACTH
atau 0,25 mg kortrosin dalam 500–1.000 ml larutan salin di infus selama 8 jam,
hal ini dikerjakan selama 3 hari berturut-turut, kemudian diukur ekskresi 17
hidroksi kortikoid urin/24 jam. Pada insufisiensi korteks adrenal primer tak
didapat kenaikan ekskresi 17 hidroksikortikoid urin/24 jam.
“Water Load Test” (Robinson — Kepler — Power Test)
Tes ini kurang
spesifik, tetapi dapat digunakan apabila tidak ada fasilitas pemeriksaan hormon
kortisol dan lainnya. Penderita diberi air minum dengan dosis 20 ml per kg
berat badan, kemudian urin ditampung selama 4 jam, pada hipofungsi korteks
adrenal ekskresi air kurang 80% dari dosis total air yang diminum, dan akan
kembali normal apabila diberi 100 mg hidrokortison sebelum tes.
Diagnostik” therapeutic trial with D.C.A.”
2,5 mg
Desoksikortikosteron asetat (D.C.A.) disuntikkan tiap hari selama 10 hari,
kemudian diberi plasebo. Pada penyakit Addison akan tampak perbaikan klinis dan
timbul relaps setelah injeksi dihentikan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerisaan laboratorium
a. Penurunan konsentrasi
glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia)
b. Peningkatan kosentrasi
kalium serum (hiperkalemia)
c. Peningkatan jumlah sel
darah putih (leukositosis)
d. Penurunan kadar kortisol
serum
e. Kadar kortisol plasma
rendah
2. Pemeriksaan radiografi
abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
3. CT Scan
Detektor kalsifikasi
adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi
pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan dan non
malignan, dan haemoragik adrenal
4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS
vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya
abnormalitas elektrolit
F. Penatalaksanaan
Terapi darurat ditunjukkan untuk
mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan, melakukan terapi
penggantian kortiosteroid, memantau tanda-tanda vital dan menempatkan pasien
dalam posisi setegah duduk dengan kedua kaki ditinggikan. Hidrokortison
(Solu-Cortef) disuntikkan secara intravena yang kemudian diikuti oleh pemberan
infus dexstrosa 5% dalam larutan normal saline. Pada terapi jangka panjang
dosis yang tepat kira-kira 25 mg pagi hari dan 12,5 mg pada sore hari per-oral
untukmencapai produksi dan ritme yangnormal. Preparat vasopresor amina mungkin
diperlukan jika kedaan hipotensi bertahan.
Antibiotik dapat diberikan jika
infeksi memicu krisis adrenal pada penderita insufisiensi kronis adrenal.
Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus dilakukan dengan ketat untuk
mengenali faktor-faktor lain, yaitu stressor atau keadaan sakit yang
menimbulkan serangan akut.
Asupan per oral dapat dimulai
segera setelah pasien dapat menerimanya. Secara perlahan-lahan pemberian infus
dikurangi ketika cairan asupan per oral sudah adekuat, untuk mencegah
hipovolemia.
Jika kelenjar adrenal tidak dapat
berfungsi kembali, pasien memerlukan terapi penggantian preparat kortikosteroid
dan mineralokortikoid seumur hidup untuk mencegah timbulnya kembali
insufisiensi adrenal serta krisis addisonian pada keadaan stres atau sakit.
Selain itu, pasien mungkin akan memerlukan suplemen makanan egan penambahan
garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan
diare.
G. Nutrisi
Bagi Pasien Dengan Addison Disease
Pasien Addison disease mengalami hipotesi maka dianjurkan untuk
mengkonsumsi antara lain:
·
Mengkonsumsi makanan
yang cukup mengandung kadar garam
·
Mengkomsumsi
sayuran yang berwarna hijau, sayuran yang berwarna hijau mengandung zat besi
·
Minum air putih
dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari
·
Komposisi
makanan sebaiknya dengan 10-15% daging, 25% sayuran dan sisanya karbohidrat.
Dengan kata lain diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
·
Menghindari
makanan yang berkolesterol tinggi
·
Selain
itu, pasien dengan Addison Disease mengalami
mual, muntah dan diare maka diberikan makanan dalam porsi kecil setiap 3 jam
dan vitamin C.
H. Prognosis
Kecuali resiko krisis adrenal,
kesehatan dan usia pasien biasanya normal, sedangkan pigmentasi dapat menetap.
I. Aspek
Legal Etik Pada Pasien Addison Disease
1.
Asas
Menghormati Otonomi Klien
Klien
mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya, untuk itu perlu diberikan informasi yang cukup oleh perawat
seperti perihal Addison Disease,
pengobatannya, prognosis penyakitnya, hal-hal yang menambah beban penyakitnya
seperti stress.
2.
Asas
Kejujuran
Perawat
mengatakan kepada klien atau keluarga klien tentang pengobatan yang dilakukan
serta hal-hal apa saja yang terjadi apabila pengobatan tidak dipatuhi oleh
klien.
3.
Asas
Tidak Merugikan
Perawat
mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta mengupayakan risiko yang
paling minimal atas tindakan yang dilakukan, seperti hydrocortisone atau
prednisone (kortikosteroid buatan) dengan pemberian oral.
PROSES KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas klien
a.
Nama :
b.
Umur :
c.
Pekerjaan :
d.
Jenis
Kelamin :
e.
Alamat :
f.
Agama :
g.
Suku
Bangsa :
h.
Diagnosa
Medis :
2.
Keluhan utama :
3.
Riwayat kesehatan sekarang :
4.
Riwayat
kesehatan masa lalu :
5.
Riwayat
kesehatan keluarga :
6.
Riwayat
psikososial :
7.
Riwayat
Penggunaan Obat-obatan :
8.
Aspek
Biologis
§
Penampilan
umum :
§
Kesadaran :
§
Tanda-tanda
vital
-
Tekanan
darah :
-
Nadi :
-
Respirasi :
-
Suhu :
§
Antropometri
-
Tinggi
badan :
-
Berat
badan :
7.
Pemeriksaan Fisik
8.
Pemeriksaan Diagnostik:
B. Analisa
Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||
1.
|
DS:
DO:
|
disfungsi kelenjar
adrenal
insufisiensi adrenal
aldosteron
minerakortikoid
sekresi Na dan ekskresi K dalam tubulus
Volume cairan ekstra sel
Kurang volume cairan
|
Kurang volume cairan
|
||||||||||||
2.
|
DS:
DO:
|
Kelemahan otot
metabolisme anaerob
kelelahan
Napsu makan menurun
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
C. Diagnosa
Keperawatan
1. Kurang
volume cairan berhubungan dengan kekurangan natrium.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
D. Rencana
Asuhan Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kurang volume cairan berhubungan dengan kekurangan
natrium
|
Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan
dengan kriteria pengeluaran urine yang adekuat, TTV stabil, turgor baik,
tekanan nadi perifer jelas, membran mukosa lembab dan basah.
|
a. Pantau
TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer.
b. Kaji
klien mengenai adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
memanjang, turgor jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan
temperaturnya.
c. Periksa
adanya perubahan dalam status mental dan sensori.
d. Anjurkan
cairan oral diatas 3000 ml/hari sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan
pasien.
Kolaborasi:
e. Berikan
cairan NaCl 0,9%.
f. Beri
larutan glukosa
g. Beri
obat kortison atau hidrokortison
sesuai dengan indikasi
h. Pantau
kadar natrium
|
a. Hipotensi
postural merupakan bagian hipovolemiaakibat kekurangan hormone aldosteron dan
penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin
melemah dan dengan mudah dapat hilang.
b. Mengindikasikan
berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
c. Dehidrasi
berat menurunkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.
d. Menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
e. Mengatasi
kekurangan natrium.
f. Ditambahkan
untuk menghilangkan hipoglikemik
g. Mengganti
kekurangan kortison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorpsi natrium.
h. Mengetahui
nilai natrium untuk mengidentifikasi adanya kerusakan pada tubulus ginjal.
|
2.
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia
|
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, tidak ada
anoreksia, berat badan ideal.
|
1. Timbang
berat badan klien setiap hari.
2. Anjurkan
klien makan sedikit tapi sering dengan TKTP
3. Sajikan
makanan dalam keadaan hangat.
4. Berikan
lingkungan yang nyaman
5. Sajikan
makanan yang sesuai dengan kesukaan klien tapi tetap mengikuti diet yang
disarankan
Kolaborasi:
6. Konsultasi
dengan ahli gizi
7. Berikan
glukosa intravena dan obat-obatan sesuai indikasi.
|
1. Mengetahui
kemajuan kesehatan klien.
2. Mempertahankan
intake nutrisi yang adekuat
3. Menumbuhkan
napsu makan klien.
4. Menumbuhkan
napsu makan klien
5. Makanan
yang klien sukai akan menambah keinginan klien untuk makan
6. Menentukan
penggunaan/kebutuhan kalori dengan tepat.
7. Memperbaiki
hipoglikemia, member sumber energi untuk fungsi seluler.
|
0 komentar:
Posting Komentar