LAPORAN
PENDAHULUAN
I.
Pengertian
Tuberculosis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium
tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).
II.
Etiologi
Tuberculosis
paru disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang
oleh tipe M. Dovinus).
III.
Faktor Resiko
*
Rasial / etnik group : penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro,
Imigran dari Asia Tenggara.
*
Klien dengan ketergantungan alkohol dan kimia lain yang
menimbulkan penurunan status kesehatan.
*
Bayi dan anak dibawah 5 tahun.
*
Klien dengan penurunan imunitas : HIV positif, terapi steroid
dan kemoterapi kanker.
IV.
Gejala Klinis
a.
Gejala umum
Batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
b.
Gejala lain yang sering dijumpai
-
Dahak bercampur darah (darah mukoid sampai mukopurulen).
-
Batuk darar (Hemoptoe).
-
Sesak nafas dan rasa nyeri dada.
-
Badan lemah, nafsu makan menurun (anorexia), BB menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan.
Gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TB. Kadang
dijumpai pula yang menyerupai tyfus abdominaslis atau malaria yang disertai
atau tanpa Heparos pulmomegali.
V. PATHWAY
VI.
Komplikasi
1.
Hemoptisis berat.
Pendarahan dari saluran nafas bawah yang dapat menyebabkan
hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3.
Bronchiectasis bonfibrosis paru.
4.
Pneumothoraxs.
5.
Kolaps sebentar karena kerusakan paru.
6.
Penyebaran infeksi.
Meliputi : otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
VII.
Penatalaksanaan dan Terapi
1.
Regimen dasar pengobatan Tuberkulosis adalah :
*
Refampisin.
1 x / hari,
diminum dalam keadaan lambung kosong. selama 6-9 bulan.
*
INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24
bulan.
*
Streptomisin (IM).
-
Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan.
-
2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
*
Etambutol.
1 x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong selama 1
tahun
*
Kortikosteroid.
-
Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan
-
2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
2.
Diit TKTP.
3.
Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
4.
Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut keluarga dan
kontak dengan px pada Meningitis, TB, perikarditis, TB milier dan efusi pleura
diberikan kortikosteroid, yaitu prednison, 1-2 mg / kg BB / selama 2 minggu,
diturunkan perlahan (topering off) sampai 2-6 minggu.
PROSES KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1.
Identitas
Meliputi :
nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama,
kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, No. Reg, serta identitas yang
bertanggung jawab.
2.
Keluhan Utama
Biasanya
pasien TB paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat kesehatan sekarang.
Pada umumnya
pasien TBC vering mengalami panas lebih dari 2 minggu, sering terjadi bentuk
berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada malam hari dan
hemaptoe
b.
Riwayat kesehatan lalu.
Pasien
mempunyai riwayat tertentu seperti : Diare kronik, investasi cacing, malaria
kronik, campak dan infeksi HIV
c.
Riwayat psikososial.
Riwayat
psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala
yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi :
-
Perumahan yang padat
-
Lingkungan yang kumuh dan kotor
-
Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan
4.
Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Meliputi : kebiasaan merokok,
banyaknya rokok yang dihabiskan, penggunaan alkohol, tembakau dan kebiasaan
olah raga.
b.
Pola nutri dan metabolisme
Meliputi : nafsu makan menurun, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat
badan 6 bulan terakhir, kesukaran menelan.
c.
Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine
/ defekasi, konsistensi sebelum MRS atau saat MRS.
d.
Pola istirahat dan tidur
Meliputi : lama tidur pasien sebelum
MRS dan MRS, gangguan waktu tidur.
e.
Pola aktifitas dan latihan
Meliputi : kegiatan pasien dirumah dan di RS, serta
lamanya aktivitas.
f.
Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem,
kekacauan identitas, depersonalisasi.
g.
Pola reproduksi sexual
Meliputi
: penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual px, pemeriksaan
payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah sexsual yang berhubungan dengan
penyakit.
h.
Pola sensori dan kognitif
Meliputi : Daya pengelihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan kognitif pasien baik atau buruk.
i.
Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan
masyarakat.
j.
Pola penanggulangan stres
Meliputi : penyebab stres, koping
terhadap stres, adaptasi terhadap stres, pertahanan diri terhadap pemecahan
masalah.
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.
5.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum
Keadaan
penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.
b.
Kepala dan leher
Bentuk,
kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan rambut.
- Mata
|
:
|
Sklera, konjungtiva dan
kornea.
|
- Hidung
|
:
|
Bentuk, daya penciuman
|
- Mulut
|
:
|
Bentuk, mukosa bibir dan
adanya perdarahan
|
- Telinga
|
:
|
Daya pendengaran,
kebersihan.
|
- Leher
|
:
|
Pembesaran kelenjar
tyroid adanya pembengkakan atau tidak.
|
c.
Thorax
Bentuk Thorax
pasien TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)
d.
Paru
- Inspeksi
|
:
|
Bentuk paru / asimetris,
pencembungan, penarikan
|
- Palpasi
|
:
|
Pergerakan (simetris,
tertinggal, depan, belakang), fremitus raba.
|
- Perkusi
|
:
|
Suara ketok (sonor,
redup, hypersonor)
|
- Auskultasi
|
:
|
Suara nafas (vesikuler,
bronkivesikuler, broncial) suara tambahan (ronki, wheezing, suara bisik)
|
e.
Jantung : didapatkan suara 1 dan suara 2 tunggal
f.
Abdomen : biasanya pasien TB terdapat pembesaran limpha dan
hati
g.
Inguinal-Genetalia-Anus : ada kemerahan atau tidak, ada leat
atau tidak
h.
Tulang belakang : ada kelainan atau tidak, ada edema atau
tidak.
i.
Kulit : tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, turgor
kulit, warna kulit
j.
Ekstrimititas : Akral hangat atau dingin, ada edema dikaki
atau tidak.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan
-
LED meningkat.
-
Leukosit meningkat.
-
Hb menurun.
b.
X-foto
Di dapatkan
pembesaran kelenjar para tracheal hiler dalam atau tanpa milier atau bercak
kalsifikasi.
c.
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % px TB yang dapat diagnoisis
berdasarkan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan sputum dilakukan dengan
cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari
berturut-turut yaitu sewaktu pagi-sewaktu (SPS).
d.
Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulis
-
Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.
a). Indurasi 10 mm atau lebih
: reaksi positif.
b). Indurasi 5 mm – 9 mm :
reaksi meragukan.
c). Indurasi 0-5 mm : reaksi
negatif.
-
Tes Tuberkulin dapat negatif pada px HIV / AIDS, malnutrisi
berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis.
B.
Analisa Data
Data yang
telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah
kesehatan klien. Untuk mengelompokkan dibagi menjadi dua dara yaitu data
subyektif dan data obyektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang
muncul.
II. Diagnosa Keperawatan
1.
Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
hipersekresi sekresi.
2.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
olveolar-kapiler.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses penyakit.
4.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adekuatnya
pertahanan primer, penurunan gerakan silia, statis dan sekresi.
5.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan informasi kurang atau tidak adekuat.
III. Intervensi
Dx 1 : Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan hipersekresi
sekresi ditandai dengan sekresi yang kental atau darah.
Tujuan : kebersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil :
-
Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
-
Mendemonstrasikan batuk efektif.
-
Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana
Tindakan :
1.
Jelaskan pada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernafasan.
Rasional: Pengetahuan yang diharapkan
akan membantu mengembangkan kepatuhan kx terhadap rencana teraupetik.
2.
Ajarkan pada klien tentang metode yang tepat pengontrolan
batuk.
Rasional: Batuk yang tidak terkontrol
adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3.
Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
Rasional:
Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4.
Lakukan pernafasan diafraqma.
Rasional: Pernafasan diafraqma
menurunkan frekuensi nafas dan meningkatkan ventilasi alveolan.
5.
Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan
batukan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
Rasional: Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran
sekret.
6.
Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
Rasional: Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan.
7.
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan sekresi : hidrasi
yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 samapi 1500 cc / hari bila tidak
kontraindikasi.
Rasional: Sekresi kental sulit untuk
encerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang mengarah pada atelektasis.
8.
Lakukan fisio dada claping / vibrating.
Rasional: Dengan gaya gravitasi sekret akan keluar ke
alveol besar dan memudahkan pengeluaran sekret.
9.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter, radiologi.
-
Pemberian expectoran.
-
Pemberian antibiotika.
-
Konsul photo toraks.
Rasional: Expxtorant untuk
memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
IV.
Implementasi
Pelaksanaan
merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan, meliputi beberapa
bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data (Lismidar, 1990).
Pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan melihat
situsi dan kondisi klien.
V.
Evaluasi
Evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah
kesehatan px dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan px dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
- M Amin , 1999. Ilmu
penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
- Carpenito, L. J., (1999). Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC.
- Carpenito, L. J. (2000). Buku
Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
- Dongoes. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
- Makalah Kuliah, Tidak
diterbitkan.
- Mansjoer, Arif., et all,
(1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media
Aesculapius.
0 komentar:
Posting Komentar