A. Definisi
Respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan
atau akibat asupan tiroid yang berlebihan.
Thyrotoksikosis adalah manifestasi
klinik yang terjadi bila jaringan tubuh dirangsang oleh peningkatan hormon
thyroid.
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah
ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma ,
tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis
subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid (arief mansjoer, 1999).
B. Patofisiologi
1)
Hiperthyroid ditandai oleh kontro regulasi
normal hormon thyroid , menyebabkan hormon thyroid,
mengakibatkan hipermetabolisme dan aktifitas sistem saraf
simpatik.
2)
Jumlah hormon thyroid merangsang sistem jantung
dan jumlah reseptor andrenergik, menyebabkan tachicardi
dan CO, SV, aliran darah perifer.
3)
Metabolisme meningkat tajam, menyebabkan balance
nitrogen negatif, lipid dan status nutrisi .
C. Manifestasi
Klinik
1. Kardiovaskuler :
a)
Peningkatan HR + peningkatan SV = peningkatan CO
b)
Peningkatan konsumsi oksigen
c)
TD sistolik meningkat 10-15 mmHg
d) TD diastolik meningkat
10-15 mmHg
e)
Palpitasi
f)
Nadi cepat dan kuat
g)
Kemungkinan CHF dan edema
2. Pernapasan :
a)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan
b)
Napas pendek
3. Ginjal :
a)
Retensi cairan
b)
Output urine menurun
4. Gasterointestinal :
a)
Peningkatan peristaltik
b)
Peningkatan nafsu makan
c)
Berat badan menurun
d) Diare
e)
Peningkatan penggunaan protein jaringan
f)
Penurunan serum lipid
g)
Peningkatan sekresi gasterointestinal, muntah,
nyeri abdomen
5. Muskuloskeletal :
a)
Balance nitrogen negatif
b)
Malnutrisi
c)
Fatigue
d) Kelemahan otot
e)
Gangguan koordinasi dan tremor
6. Integumen :
a)
peningkatan keringat
b)
Kulit lembab
c)
Warna kulit kemerahan
d) Rambut : lembut dan mudah
dicabut
e)
Tidak tahan terhadap panas
7. Endokrin : pembesaran
thyroid
8. Neurologi :
a)
Peningkatan refleks tendon
b)
Tremor halus
c)
Nervous, kelalahan
d) Emosi tidak stabil :
kecemasan, kawatir dan paranoia
9. Reproduksi :
a)
Wanita : amenore, mensturasi tidak teratur, penurunan
fertilitas, kecenderungan abortus spontan.
b)
Laki-laki : impoten, poenurunan libido,
penurunan perkembangan seksual sekunder
10. Lain-lain : exopthalmus.
D. Pemeriksaan
penunjang :
a.
TRH menurun
b.
TSH menurun
c.
T4 meningkat
d.
T3 meningkat
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
S : insomnia,
sensitifitas meningkat, otot lemah.
O : atrofi otot
Eliminasi :
S : Peningkatan urine,
perubahan feces, diare.
Integritas ego :
S : mengalami stres
fisik atau emosional
O : emosi labil
(euphoria sampai delirium), depresi
Pernapasan :
O : peningkatan
frekuensi napas, tachipnea, dispnea, edema paru.
Keamanan :
S :
tidak tahan terhadap panas, keringat berlebihan.
O : suhu tubuh
meningkat, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, exopthalmus.
Seksualitas :
S : penurunan libido,
hipermenore, amenore, impoten.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan kecepatan metabolism
b.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan
kecepatan metabolism
c.
Resiko injuri :
ulserasi kornea, infeksi dan kebutaan berhubungan dengan ketidakmampuan menutup
mata sekunder ekxopthalmus
d.
Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3.
Intervensi
Keperawatan
a.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare, mual, nyeri abdomen dan
peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis ( pengeluaran keringat
berlebihan).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam diharapkan klien mempunyai nutrisi adekuat.
Intervensi :
1)
Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein,
tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.
2)
Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi serinng dan
tambahan dientara waktu makan.
3)
Konsulkan pasien untuk makanan yang disukai.
4)
Hindari stimulant : kopi, teh, coca cola. Atau makanan yang
lain yang mengandung kafein atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang
dan peristaltik.
5)
Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan
yang banyak mengandung bumbu.
6)
Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3
liter setiap hari ; hindari jus yang mungkin dapat menyebabkan diare.
7)
Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien
yang menginginkannya.
8)
Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan
timbangan dan pakaian yang sama.
9)
Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.
10) Kaji efektifitas pangobatan untuk
mengatasi mual dan nyeri abdomen.
Hasil yang diharapkan / evaluasi :
1) Berat badan meningkat sampai batas
normal bagi pasien.
2) Makan diet yang dianjurkan tanpa
menunjukkan ketidaknyamanan abdomen.
3) Tidak mengalami diare.
4) Masukan dan haluaran seimbang.
b.
Diagnosa keperawatan : Hipertermia yang berhubungan denagn status
hipermetabolik ditandai dengan panas.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu normal 36,5 C – 37,5 C.
Intervensi
:
1) Berikan kompres hangat sesuai
kebutuhan.
2) Gunakan pakaian dan laken tempat
tidur yang tipis.
3) Pertahankan lingkungan yang sejuk.
4) Berikan asetamenofen sesuai pesanan
(aspirin merupakan kontra indikasi).
5) Tingkatkan masukan cairan sampai
2500 ml / hari.
6) Pantau tanda vital, tingkat
kesadaran, haluaran urine setiap 2 sampai 4 jam.
7) Kolaborasikan dengan dokter dalam
menggunakan tindakan pendinginan tambahan bila keadaannya membutuhkan.
Hasil yang diharapkan / evaluasi
:
a. Pasien
sadar dan responsive.
b. Tanda-tanda
vital dan haluaran urine normal.
c.
Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan karena peningkatan
kecepatan metabolisme dan inteloransi terhadap panas ditandai dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas dapat dilakukan sesuai
toleransi.
Intervensi
:
1) Kaji tanda vital dasar dan tingkat
aktivitas sebelumnya.
2) Batasi aktivitas sampai tingkat
toleransi pasien dengan melakukan pengkajian respon (misalnya : kaji tanda
vital selama melakukan aktivitas dan bandingkan dengan tanda vital dasar).
3) Biarkan pasien membuat prioritas
dalam perawatan diri di dalam keterbatasannya.
4) Berikan jarak waktu antara prosedur
untuk memungkinkan waktu istirahat yang cukup.
5) Berikan peralatan yang
dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energi yang
berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.
6) Hentikan aktivitas pada awal
timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea, takhikardia. Keletihan.
7) Bantu pasien saat melakukan
aktivitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor.
8) Rencanakan aktivitas setiap hari dan
pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatkan toleransi untuk perawatan
diri.
Hasil yang diharapkan / evaluasi :
a.
Menyelesaikan aktivitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.
b.
Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.
0 komentar:
Posting Komentar